Jakarta, FORTUNE – Setelah terdampak oleh pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19, pasar hotel-hotel mewah di dunia kembali bergairah. Indonesia juga terrmasuk sebagai negara yang tengah menikmati pemulihan khususnya pada kelas Presidential Suite.
Berdasarkan riset dari STR—lembaga penyedia data industri perhotelan global—yang dikutip hospitalitynet, tahun lalu pasar hotel mewah dunia sempat mengalami tingkat hunian lebih rendah ketimbang semua gabungan kelas lainnya. Sebagai misal, okupansi hotel mewah di Tiongkok hanya 66,9 persen dari 2019. Sedangkan, di Timur Tengah hanya sebesar 50 persen dari era sebelum pandemi.
“Namun, hotel mewah menunjukkan ketahanan yang lebih besar dalam memulihkan tarif rata-rata harian (average daily rate/ADR),” demikian bunyi laporan tersebut.
Menurut laporan sama, tingkat ADR hotel mewah di semua wilayah pada tahun sama ada di kisaran 93,0 persen sampai 96,6 persen dari benchmark sebelum pandemi. Eropa beroleh angka terbaik dengan 96,6 persen dari level 2019. Sebagai perbandingan, kelas hotel lainnya di Eropa posisinya hanya mencapai 82,5 persen dari tahun sama.
Berlanjut pada 2021, seiring ekonomi yang perlahan menuju normal, hotel-hotel mewah di semua wilayah telah mendekati atau bahkan melampaui level 2019. Pemulihan terutama datang dari wilayah Eropa dan Timur Tengah dengan nilai ADR masing-masing 119,7 persen dan 106,1 persen dari posisi 2019.
Suplai juga bertambah
Meskipun ketidakpastian seputar pandemi telah berpengaruh pada pipeline sejumlah proyek besar hotel mewah di seluruh dunia, namun investor masih tertarik terhadap bisnis tersebut. Saat ini terdapat 200.000 kamar hotel mewah dalam proses perencanaan, perencanaan akhir, maupun konstruksi.
“Pasokan kamar hotel mewah dunia diproyeksikan meningkat 17 persen jika semua proyek selesai selama dua hingga tiga tahun ke depan. Pertumbuhan tersebut merupakan bukti ketahanan industri,” katanya.
Amerika Serikat mencatatkan sebanyak 17.199 suplai kamar mewah yang jika selesai dibangun akan beroleh pertumbuhan pasokan sebesar 13 persen. Sedangkan, Tiongkok akan membangun 42.055 kamar mewah atau pasokannya tumbuh 35 persen.
Namun, lonjakan pasokan hotel mewah terbesar ada di Timur Tengah dan Asia Pasifik. Pasokan hotel mewah di Arab Saudi dan Qatar, misalnya, diproyeksikan meningkat 112 persen usai semua pembangunannya selesai. Itu bukan berita mengejutkan. Sebab, kawasan tersebut cepat meningkat sebagai tujuan wisata global.
Permintaan tumbuh, terutama dari domestik
Pasar hotel mewah di Indonesia—khususnya Jakarta—juga ikut bergerak. Four Seasons Jakarta, misalnya, mengatakan permintaan domestik terhadap hunian khususnya kelas Presidential Suite dan Ambassador Suite juga cukup tinggi.
“Demand-nya cukup tinggi dan itu terlihat dari booking window (jeda pemesannya) yang cukup pendek,” kata Director of Public Relations and Marketing Communications Four Seasons Jakarta, Desiree Merline, kepada Fortune Indonesia, Senin (22/11). Menurutnya, sebagian permintaan itu datang dari tamu yang ingin berlibur atau staycation.
Fairmont Jakarta juga mengalami kondisi serupa. Menurut Director of Marketing Communications Fairmont Jakarta, Felicia Setiawan, bisnis hotel berangsur membaik via berbagai jenis kunjungan di area banquet seperti pertemuan, dan seminar maupun acara pernikahan di area food and beverage.
“Masyarakat sudah kembali memiliki rasa kepercayaan diri untuk makan di restoran, maupun dari kamar hotel,” kata Felicia kepada Fortune Indonesia, Kamis (18/10). Dia menambahkan, Presidential Suite, khususnya, juga tetap diminati oleh tamu kenegaraan, atau selebritas yang menjalani karantina, bahkan penyelenggaraan acara tertutup dari jenama mewah internasional.
Sementara itu, The Westin Jakarta juga menyatakan telah meraih tanda positif pemulihan serta sedang mengikuti tren permintaan di pasar. Mereka mengatakan, tamu domestik khususnya tertarik pada Presidential Suite dengan menginap secara berkelompok baik itu bersama teman maupun keluarga.