Jakarta, FORTUNE - Etika dalam bisnis penting bagi konsumen. Setidaknya begitulah temuan dari jajak pendapat Accenture Strategy terhadap 30.000 konsumen di 35 negara pada 2018, saat 62 persen konsumen menganggap merek bernilai etika tinggi itu menarik.
Berdasar hasil survei itu, produsen barang mewah berisiko kena getahnya. Sebab, menurut Harvard Business Review (HRB), orang sering melabeli barang mewah sebagai simbol keborosan dan dapat merusak lingkungan. Terlebih bila barangnya bersifat dekoratif.
Oleh karena itu, para produsen barang mewah perlu mengadopsi strategi komunikasi khusus yang dapat memosisikan jenamanya sebagai bisnis ramah lingkungan. Studi terbaru Harvard terhadap 1.900 konsumen barang-barang premium (jam tangan ,parfum, dan mebel) memiliki jawaban atas permasalahan itu.
Orisinalitas Berperan Penting Bagi Produk Mewah
Mengutip HRB, konsumen lebih tertarik dengan produk orisinal yang dibuat khusus ketimbang produk yang ikonis. Sebab versi asli bersifat baru dan berbeda, sehingga kreativitasnya lebih tinggi. Pada akhirnya, persepsi itu membuat produk-produk tulen lebih beretika.
“Ada hubungan jelas antara seberapa besar usaha dan cinta yang produsen masukkan dalam produk dan nilai etika produk di mata konsumen,” demikian studi tersebut, dikutip Jumat (5/11).
Apa yang Harus Dilakukan oleh Produsen Barang Mewah?
Untuk menanamkan citra berkelanjutan pada bisnis, para produsen barang mewah disarankan memerhatikan tiga hal berikut.
- Melibatkan Sentuhan Manusia dalam Produksi
Salah satu jenama mewah, Herms, memutuskan meluncurkan produk terbarunya bersama dengan para pengrajin produknya. Dengan begitu, mereka dapat menampilkan kreasi asli dan produk yang terinspirasi oleh karya tersebut.
Selama acara tersebut, para pengrajin Herms membuat karya unik secara langsung di depan para pengunjung. Mereka bahkan menjelaskan cara kerjanya dan berinteraksi dengan konsumen. Secara tak langsung, perjalanan pembuatan produk tersebut pun terkisahkan. Di situ akan terlihat adanya upaya lebih ketimbang produksi dengan manufaktur.
“Pelanggan yang menghadiri acara itu jadi terhubung lebih dalam dengan produk karena merasakan kehadiran orang yang membuat objek itu,” jelas Direktur Kreatif Herms, Pierre-Alexis Dumas.
- Keberlanjutan yang Memikirkan Masa depan
Produsen tak boleh hanya berfokus pada tradisi masa lalu. Mereka juga harus mulai mempertimbangkan keberlanjutan di masa depan, tak bisa hanya mengandalkan produk klasik selamanya. Contoh, Hermès kini aktif mengombinasikan tradisinya dengan desainer-desainer kontemporer seperti Jerman Jessica.
- Dedikasi untuk Komunitas Seni
Produsen barang mewah juga dapat menunjukkan kepeduliannya terhadap komunitas seni demi meningkatkan nilai etika bisnisnya. Seperti yang dilakukan oleh Hermès Corporate Foundation yang menawarkan residensi kepada seniman. Dengan begitu, para pekerja kreatif itu berkesempatan bekerja sebagai pengrajin dan desainer di perusahaan bersangkutan.