Jakarta, FORTUNE - Minat konsumen yang tinggi kembali menghidupkan pasar fesyen mewah, khususnya pakaian dan aksesori seken. Keterlibatan merek tidak dapat dipungkiri. Akan tetapi, dapatkah antusiasme konsumen membuat label fesyen seken premium tetap bertahan di industri?
Berdasar data McKinsey (2021), nilai pasar barang mewah seken berkisar US$25 miliar–US$30 miliar pada 2020. Menurut pengamat, sektor itu akan terus tumbuh 10–15 persen per tahun selama satu dekade ke depan.
Apa faktor pendorongnya? Pertama, perubahan perilaku konsumen dan kedua, keberhasilan platform perdagangan digital.
Tak ayal, menurut para mitra McKinsey, merek-merek fesyen mewah bekas pun mulai kembali menggeliat walau pandemi COVID-19 belum pergi. Ada yang langsung berinvestasi demi menarik minat pasar, tapi ada pula yang masih berhati-hati.
Lantas, bagaimana pergerakan sektor tersebut ke depannya? Lalu seperti apa perilaku konsumennya? Simak ulasan dari riset konsumen McKinsey di Amerika Utara, Uni Eropa, dan Asia berikut.
Perdagangan Semakin Berkembang
Secara umum, 75–80 persen konsumen barang mewah adalah pembeli produk baru. Akan tetapi, kini perilaku dan kecemasan mereka berubah sehingga mulai beralih ke produk bekas. Misalnya, McKinsey meramalkan pasar bekas jam tangan akan mencakup sepertiga dari total pasar pada 2025.
“Pola-pola itu telah diakselerasi oleh pandemi, oleh digitalisasi, dan pergeseran generasi,” tulis Achim Berg, Bassel Berjaoui, Naoyuki Iwatani, dan Stefano Zerbi, para mitra McKinsey dari berbagai negara, dikutip Senin (6/12).
Saat ini, setengah dari perdagangan barang mewah seken berasal dari perhiasan dan jam tangan, sedangkan sepertiganya datang dari pasar tas tenteng dan sepatu. Mayoritas pasar berlokasi di Uni Eropa, lalu Amerika Serikat (AS), dan Cina.
Alasan Membeli Barang Mewah Seken
41 persen konsumen tertarik dengan pasar seken karena memudahkan mereka mencari barang-barang ikonik, ekslusif, dan langka. Tak hanya itu, 40 persen responden menganggap membeli produk seken sama dengan mengutamakan keberlanjutan—berkaitan dengan lingkungan.
Di sisi lain, 35 persen lainnya mengutamakan keterjangkauan harga. Sebab membeli barang seken dapat membantu mereka menghemat uang sekaligus membeli produk yang diidamkan.
Potensi Tumbuh Pasar Daring
Meski perdagangan barang bekas masih didominasi oleh salurah luring, platform daring tumbuh begitu cepat. Bahkan, platform digital khusus menjual barang bekas telah mendorong pertumbuhan sektor di kisaran 20–30 persen per tahun.
Konsumen dan penjual berduyun-duyun migrasi ke pasar daring karena merasa tertarik dengan produk dan layanan uniknya. Dari pengambilan, penyimpanan, pengiriman, perbaikan, hingga fitur-fitur menarik lain. Hasilnya, platform bisa mengantongi komisi sekitar 20–40 persen di atas harga jual.