Jakarta, FORTUNE - Stéphane de La Faverie, eksekutif senior Estée Lauder Companies yang memiliki hubungan erat dengan keluarga pendiri, akan menggantikan Fabrizio Freda sebagai CEO baru. Pergeseran suksesi ini mulai jelas terlihat di Estée Lauder Companies.
Mengutip laporan dari The Wall Street Journal, perusahaan raksasa kecantikan tersebut telah menunjuk de La Faverie sebagai CEO baru, meski pihak Estée Lauder belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan tersebut. Pada Senin (27/10), Estée Lauder sempat mengonfirmasi bahwa Jane Lauder, Chief Digital Officer yang juga digadang-gadang sebagai kandidat CEO, akan mengundurkan diri pada akhir 2024.
Spekulasi mengenai pergantian CEO sudah muncul sejak 2022 ketika nilai saham Estée Lauder terus mengalami penurunan. Para analis mulai mempertanyakan kepemimpinan Freda, dan sejak saat itu, de La Faverie dan Jane Lauder muncul sebagai kandidat terkuat.
De La Faverie telah menghabiskan lebih dari 13 tahun di Estée Lauder Companies dalam berbagai posisi strategis, termasuk dua tahun terakhir sebagai presiden eksekutif grup. Sebelum bergabung dengan perusahaan pada 2011, ia menjabat sebagai wakil presiden senior di L'Oréal.
Bersama Jane Lauder, de La Faverie memimpin “rencana pertumbuhan dan pemulihan laba” sejak 2023. Upaya ini bertujuan memperbaiki kinerja perusahaan, fokus pada pemulihan ekuitas merek inti, dan peningkatan kinerja di Asia yang sempat menekan laba perusahaan.
Tantangan menanti CEO Baru
Fabrizio Freda, telah menyiapkan landasan bagi penerusnya, sebab De La Faverie akan menghadapi tugas besar saat memulai peran barunya pada Juni 2025. Estée Lauder harus menghadapi penurunan permintaan yang signifikan, baik di pasar domestik Amerika Serikat maupun di kancah internasional. Kondisi ini memerlukan pendekatan menyeluruh untuk membangun kembali merek dan merebut pangsa pasar.
Pasar Cina menjadi prioritas tinggi, mengingat potensi besar yang dapat mendukung pertumbuhan merek kecantikan mewah. Namun, karena konsumen di Cina semakin banyak beralih ke produk lokal, peninjauan ulang pendekatan Estée Lauder sangat diperlukan. Strategi itu bisa melibatkan investasi pada kampanye pemasaran lokal yang lebih dekat dengan budaya Cina, serta menekankan keaslian dan relevansi.
Selain itu, Estée Lauder harus melakukan perubahan besar pada strategi distribusi dan kategori produk untuk kembali menarik minat pasar. Memanfaatkan platform e-commerce dan toko pop-up bisa menarik konsumen yang gemar teknologi dan mencari pengalaman baru. Mengikuti tren wellness dan produk kecantikan ramah lingkungan juga merupakan langkah penting, mengingat meningkatnya kesadaran konsumen terhadap keberlanjutan dan kesehatan.
Menghidupkan kembali minat publik menjadi elemen penting dalam strategi de La Faverie. Kolaborasi dengan influencer ternama dan kampanye pemasaran inovatif dapat menciptakan antusiasme baru dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Estée Lauder juga perlu memaksimalkan media sosial untuk menjangkau generasi muda dan mengembangkan diskusi tentang produk-produknya.
Di tengah persaingan ketat dan perubahan preferensi konsumen yang cepat, kepemimpinan de La Faverie dituntut untuk bergerak cepat dan strategis. Dengan berfokus pada strategi kuat di pasar Cina, revitalisasi kategori produk, dan meningkatkan ketertarikan konsumen, Estée Lauder diharapkan dapat memasuki babak baru yang lebih sukses.