Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kegilaan Akan Labubu Masih Berlanjut, Terbaru Laku Rp171 Juta

Labubu.png
Ilustrasi Labubu/Dok. Pop Mart

Jakarta, FORTUNE - Fenomena boneka Labubu mencapai puncaknya saat sebuah edisi langka seukuran manusia laku terjual seharga 1,08 juta yuan atau setara Rp2,5 miliar. Penjualan fantastis dalam lelang di Beijing pada Juni 2025 ini mengukuhkan status Labubu bukan lagi sekadar mainan, melainkan aset koleksi superpremium dan simbol status global.

Menurut laporan BBC News, boneka setinggi 131 cm dengan bulu hijau mint itu merupakan satu-satunya di dunia. Lelang di Yongle International Auction tersebut menarik lebih dari 100 kolektor yang hadir langsung dan diikuti oleh lebih dari 1.000 peserta daring. Seluruh 48 item bertema Labubu dalam acara itu ludes terjual dengan total nilai penjualan mencapai lebih dari £380.000.

Kegilaan ini tidak hanya terjadi pada balai lelang resmi. Pada platform e-commerce, demam Labubu juga mencetak rekor. New York Post melaporkan sebuah Labubu edisi kolaborasi dengan Vans terjual seharga US$10.500 atau sekitar Rp171 juta di eBay.

Padahal, saat pertama kali dirilis pada 2023, boneka langka yang tengah menaiki skateboard itu hanya dibanderol US$85. Lonjakan harga hingga 125 kali lipat ini mempertegas status Labubu sebagai komoditas koleksi yang nilainya meroket.

Akar popularitas dan tangan dingin kreator

Labubu adalah karakter monster bergigi yang diciptakan oleh Kasing Lung, seniman asal Hong Kong, melalui buku ceritanya, The Monsters. Popularitasnya meledak secara global setelah raksasa mainan Pop Mart mengadopsinya ke dalam format blind box—produk seharga US$20–40 yang tidak memungkinkan pembeli mengetahui karakter mana yang akan didapat.

Daya tariknya semakin tidak terbendung setelah terlihat digenggam oleh selebritas dunia seperti Lisa BLACKPINK, Rihanna, Kim Kardashian, hingga David Beckham. Labubu dengan cepat bertransformasi menjadi aksesori fesyen dan penanda status sosial.

Kesuksesan ini bahkan mengantarkan CEO Pop Mart, Wang Ning, masuk dalam jajaran 10 orang terkaya di Cina, sejajar dengan nama-nama besar seperti pendiri TikTok, Zhang Yiming, dan CEO Xiaomi, Lei Jun.

Kontroversi dan sindiran cerdas

Namun, popularitas masif ini tidak luput dari kontroversi. Di media sosial, Labubu sempat dikaitkan dengan Pazuzu, sosok setan dari mitologi Mesopotamia, hingga memunculkan teori konspirasi yang menyebutnya membawa "energi jahat".

Pop Mart tidak pernah memberikan klarifikasi resmi. Namun, mereka merespons rumor tersebut dengan cara yang cerdas: mengunggah "surat penarikan produk" palsu pada momen April Mop demi menyindir berbagai desas-desus supranatural yang beredar.

Lebih dari sekadar mainan, Labubu telah menjadi objek budaya populer yang kompleks. Di satu sisi ia adalah karya seni yang dikagumi, di sisi lain ia adalah instrumen investasi. Apakah hype ini akan bertahan lama atau hanya tren sesaat? Waktu yang akan menjawabnya.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us