Jakarta, FORTUNE - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat kenaikan EBITDA, kendati Beban Usaha perseroan naik 19,6 persen pada kuartal III/2024 menjadi US$2,38 miliar dari US$1,99 miliar di periode sama tahun 2023.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan kenaikan beban usaha berdampak pada perlambatan pertumbuhan kinerja perusahaan. “Disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya yakni beban pemeliharaan dan perbaikan, beban pelayanan penumpang, beban kebandaraan, hingga beban operasional penerbangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (31/10).
Pada sembilan bulan pertama 2024, GIAA mencatat kerigian hingga US$129,27 juta, atau naik 70,42 persen dari rugi di periode sama 2023 yang mencapai US$75,85 juta.
Namun, melihat EBITDA perusahaan hingga kuartal III/2024 meningkat 11 persen, dari US$616,37 juta di tahun 2023 menjadi US$685,81 juta di tahun ini.
“Peningkatan positif kondisi EBITDA tersebut juga turut menjadi indikator penting kondisi solvabilitas Perusahaan yang semakin menguat,” kata Irfan. “Garuda Indonesia konsisten menjaga penguatan indikator kesehatan kinerja positif.
Pendapatan positif
GIIA juga mencatat pendapatan usaha konsolidasian menjadi US$2,56 miliar selama periode sembilan bulan pertama 2024. Angka itu tumbuh 15 persen dari periode yang sama 2023 sebesar US$2,23 miliar.
“Pertumbuhan pendapatan usaha sampai dengan triwulan ketiga tahun ini turut merefleksikan angkutan penumpang Garuda Indonesia secara grup di mana capaian angkutan penumpang hingga bulan September 2024 mencapai 17,73 juta penumpang atau menguat 24 persen (YoY),” ujar Irfan.
Pertumbuhan pendapatan ini ditopang oleh peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 17 persen (YoY) yang mencapai US$2,01 miliar, sementara untuk pendapatan penerbangan tidak berjadwal turut mencatatkan kenaikan sebesar 6 persen, sedangkan pendapatan lainnya juga naik 8 persen, dibandingkan dengan capaian hingga Q3/202
Bisnis kargo perseroan juga mencatat kenaikan 36 persen (YoY) dari sebelumnya 122,42 ribu ton menjadi 166,5 ribu ton angkutan kargo. Khusus performa angkutan kargo Garuda Indonesia (mainbrand), berhasil mencatatkan kenaikan signifikan hingga 36 persen mencapai 102,55 ribu ton kargo di Q3 2024, dibandingkan periode sama 2023 yang hanya mencapai 75,32 ribu ton kargo.
Menghadapi kuartal IV/2024
Perusahaan terus mengoptimalkan berbagai peluang untuk meningkatkan pendapatan usaha termasuk memastikan pelaksanaan aksi korporasi, khususnya dalam hal penguatan alat produksi.
Pada November dan Desember ini, Garuda Indonesia akan kembali menerima 2 (dua) pesawat narrow body Boeing B737-800NG dan potensi penambahan dua pesawat narrow body lainnya–dalam tahap negosiasi.
“Kiranya akselerasi kinerja operasional penerbangan Garuda Indonesia dapat terlaksana secara maksimal, terutama dalam memanfaatkan periode peak season libur Natal dan Tahun Baru,” ujar Irfan.
Selain itu, Irfan mengungkapkan bahwa sejumlah inisiatif strategis perusahaan, seperti penjajakan implementasi skema ijarah pada lease term agreement lessor pesawat, kerja sama joint business bersama sejumlah maskapai global, hingga service enhancement (pre maupun post-flight) untuk meningkatkan value layanan penerbangan Garuda Indonesia.