Jakarta, FORTUNE – Harga Bitcoin (BTC) mencapai rekor tertinggi baru hingga di atas US$75.300 atau sekitar Rp1,18 miliar (kurs Rp15.624,36/US$) pada Kamis (7/11). Kenaikan ini terjadi beberapa saat setelah Donald Trump mengabarkan kemenangannya pada pemilihan Presiden atau Pilpres Amerika Serikat ke-77.
Pelaku pasar perdagangan kripto, Fyqieh Fachrur, mengatakan bahwa momentum Pilpres AS selalu krusial bagi pasar global, termasuk perdagangan kripto. "Ekspektasi pasar terhadap hasil pemilu, yang secara langsung mendorong minat beli terhadap Bitcoin. Para investor tampaknya melihat kemenangan Trump sebagai kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan nilai pasar kripto dan Bitcoin dalam waktu dekat," ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Kamis (7/11).
Hal ini terlihat dalam arus masuk institusional yang meningkat pada perdagangan ETF Bitcoin di AS mencapai US$6 miliar dalam satu hari terakhir saat pemilu dilaksanakan, yang sebagian besar diyakini dipengaruhi oleh optimisme terkait kemenangan Trump.
Ketika warga AS memilih pemimpin baru, pasar kripto menunjukkan pola menarik, di mana harga Bitcoin pada hari pemilu tampak sering menjadi pijakan awal bagi pergerakan harga di masa depan.
"Pada pemilu AS 2020, harga Bitcoin berkisar di angka US$13.569 dan melonjak ke rekor tertinggi US$69.000 dalam waktu satu tahun. Bahkan di tahun-tahun berikutnya, level harga ini tetap menjadi acuan kuat, bertahan sebagai batas bawah yang sulit ditembus selama masa penurunan,” kata Fyqieh.
Bisa turun menuju level stabil
Meski mencapai titik tertinggi baru, Fyqieh memperkirakan harga BTC akan stabil di level support antara US$74.876 atau US$73.346. Hal ini disebabkan adanya peluang sebagian investor mulai merealisasikan keuntungan mereka, sehingga bisa menyebabkan penyesuaian harga BTC dalam beberapa hari mendatang.
"Setelah lonjakan harga lebih dari 9 persen dalam satu hari terakhir, Bitcoin kini berada di dekat level-level penting, dengan US$74.876 dan US$73.346 sebagai titik support terdekat. Jika profit-taking terjadi, ada kemungkinan harga akan berkonsolidasi di kisaran ini sebelum melanjutkan pergerakan," ujar Fyqieh.
Meskipun ada potensi koreksi, momentum bullish yang kuat dapat mendorong BTC ke level lebih tinggi, apalagi jika didukung oleh kondisi makroekonomi yang mendukung. Jika kenaikan berlanjut. Menurutnya, bisa saja harga BTC mencetak rekor baru mencapai level harga sampai US$80.000 atau Rp1,25 triliun.
Bergantung pada agenda politik AS
Masa depan BTC dinilai bergantung pada agenda politik global negara-negara utama, termasuk AS, sebagaimana layaknya dampak pada pasar global.
Berdasarkan survei, lebih dari 60 persen masyarakat AS optimis bahwa kemenangan Trump akan memicu tren kenaikan harga kripto, terutama karena pendekat deregulasi yang bisa membawa masuk lebih banyak investor ke pasar.
Bagi pasar, Trump kerap memperlihatkan dukungan jelas pada aset digital. Salah satu janji yang menarik dari Trump adalah mengganti Ketua U.S. Securities and Exchange Commission (SEC), Gary Gensler, yang dianggap terlalu ketat dalam mengatur sektor kripto.
Hal ini diharapkan bisa menciptakan kebijakan yang lebih terbuka dan mengurangi tekanan regulasi, sehingga ruang bagi inovasi dan adopsi bisa lebih luas. “Janji tersebut harus didukung oleh langkah-langkah yang substansial dan konsisten. Jika tidak, janji tersebut hanya akan menyebabkan fluktuasi harga kembali terjadi di pasar kripto,” katanya.