Jakarta, FORTUNE – Pelaku perdagangan kripto, Michael van de Poppe menilai bahwa rentetan bullish Bitcoin (BTC) di pasar, berpeluang mendorong mata uang unggulan ini di Pasar Kripto bisa mencapai US$1 juta atau Rp15,79 miliar (kurs Rp15.790,76/US$) per koin dalam beberapa waktu ke depan. Meski demikian, hal tersebut juga masih dibayangi kekhawatiran.
Chief Information Officer (CIO) sekaligus Founder dari MN Consultancy, MN Capital, dan MN Academy ini, mengatakan bahwa harga bitcoin US$1 juta per koin bisa saja disertai dengan krisis utang yang jauh lebih luas yang dapat menghancurkan harga seluruh aset dalam jangka pendek.
"Saya percaya bahwa saat ini, kita berada di ambang badai yang sempurna, atau kita sebenarnya sudah membangunnya, yang berarti tahun depan akan menjadi tahun yang besar," kata Van de Poppe seperti dikutip dari cointelegraph.com. "Tetapi mungkin itulah perbedaannya: Saya pikir bagian berikutnya dari siklus akan lebih panjang dari siklus sebelumnya, jadi kita akan berakhir di suatu titik di tahun 2026."
Seperti diketahui, pada Selasa (12/11), jam 16.37, harga BTC tercatat mencapai US$88.521,18 atau Rp1,4 miliar per koinnya. Harga tinggi ini, menurut Van de Poppe, kemungkinan akan terjadi selama kebijakan de facto dari bank sentral terus mencetak uang.
Harus waspada
Sayangnya, menurut Van de Poppe, banyak investor tidak memperhatikan jumlah utang yang meningkat di pemerintahan Amerika Serikat, dan krisis utang–seperti 2008–bisa saja terjadi lagi. "Jika itu terjadi, jumlah dolar yang kita miliki dalam peredaran akan turun. Dan jika itu terjadi, daya beli juga akan turun, dan harga Bitcoin juga akan berubah,” ujarnya.
Bila situasi utang ini terjadi lagi, krisis bisa terjadi dan bencana bisa terjadi bagi penilaian semua aset dalam dolar AS.
Van de Poppe, mengatakan bahwa rencana kebijakan Trump tentang Bitcoin–seperti memastikan pemerintah federal tidak akan pernah menjual kepemilikan Bitcoinnya–tidak akan berpengaruh banyak secara jangka panjang. “Bitcoin tidak peduli dengan pemerintah, dan tidak peduli dengan kebijakan,” ujarnya.
Menurutnya, rencana Trump tersebut bisa berdampak ‘bencana’ dalam jangka menengah, seiring keinginannya mengakhiri inflasi. Pada akhirnya, Bitcoin akan terus menawarkan proposisi nilai yang sama seperti sebelumnya.