Jakarta, FORTUNE – Emiten ritel gaya hidup, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mencatat kenaikan Penjualan hingga 14,6 persen pada semester I/2024 menjadi Rp33,12 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp28,90 triliun.
Wakil Direktur Utama ERAA, Hasan Aula, mengatakan kenaikan penjualan semester ini sejalan dengan peningkatan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk, dari Rp458,67 miliar tahun lalu menjadi Rp523,57 miliar di tahun ini.
“Perseroan mencatat pertumbuhan kinerja satu semester berkat sejumlah inisiatif untuk meningkatkan optimalisasi Produktivitas gerai yang sudah dibuka dalam dua tahun terakhir,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Kamis (1/8).
Menurutnya, segmen yang berkontribusi paling besar untuk angka penjualan bersih berasal dari telepon selular dan tablet sebesar 82 persen. Selain itu, kontribusi ini diikuti oleh segmen aksesoris dan lainnya sebesar 12 persen, segmen komputer dan peralatan elektronik lainnya sebesar 4 persen, serta segmen produk operator sebesar 2 persen.
“Kami juga memastikan portofolio produk yang ditawarkan melalui jaringan gerai, khususnya handset dan aksesoris, bisa menjawab beragam kebutuhan gaya hidup dari pelanggan setia, termasuk juga memanfaatkan momentum seperti tahun ajaran baru sekolah,” ujar Hasan.
Hasil lainnya
Hingga paruh pertama 2024, ERAA telah membuka 123 gerai baru dari target pembukaan 200 gerai sepanjang tahun ini. “Hingga 30 Juni 2024, Erajaya Group telah memiliki 2.113 gerai ritel yang beroperasi di Indonesia, Malaysia dan Singapura serta didukung oleh 78 pusat distribusi dan lebih dari 53.000 gerai ritel pihak ketiga,” katanya.
Dalam dua hingga tiga tahun terakhir, ERAA terus mengembangkan portofolio bisnis dengan memperkenalkan merek ritel baru serta ekspansi jaringan gerai, seperti dua merek ritel baru di bawah vertikal bisnis Erajaya Food & Nourishment: Bacha Coffee (luxury coffee retail & restaurant dari Maroko) dan Curry Up (merek ritel lokal yang berfokus pada menu kari).
Untuk mendukung rencana ekspansi tahun ini, total belanja modal yang terserap mencapai Rp348 miliar, menurun dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp472 miliar.
“Belanja modal lebih banyak digunakan untuk keperluan perluasan jaringan ritel,” ujarnya.