Saham Disney Tenggelam Karena Bisnis Streaming yang Belum Profit

Disney mengantisipasi kinerja kuartal ketiga.

Saham Disney Tenggelam Karena Bisnis Streaming yang Belum Profit
Dok. whatsondisneyplus.com
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Saham Disney turun lebih dari 9 persen karena bisnis streaming tidak mencapai profitabilitas
  • Pendapatan kuartal dua sebesar US$6,19 miliar dengan kerugian operasional hanya US$18 juta
  • Bisnis streaming gabungan Disney+, Hulu, dan ESPN+ hampir menghasilkan keuntungan pada kuartal kedua

Jakarta, FORTUNE – Kinerja saham Disney pada kuartal kedua tenggelam lantaran bisnis Streaming tidak mencapai profitabilitas. Saham perusahaan telah truun lebih dari 9 persen dan mencapai level terburuk sejak November 2022.

CEO Disney, Bob Iger juga mengumumkan capaian pendapatan kuartal dua sebesar US$6,19 miliar atau Rp99,53 triliun (kurs Rp16.078,94 per dolar AS) dengan kerugian operasional hanya US$18 juta atau Rp289,42 juta–turun 97 persen dari periode sama di tahun lalu.

Bisnis streaming gabungan Disney+, Hulu, dan ESPN+ hampir menghasilkan keuntungan pada kuartal kedua. Titik cerah muncul karena Disney mencapai ‘tonggak penting’ dengan membukukan pendapatan operasional sebesar US$47 juta atau Rp755,90 pada kuartal ke empat 2023.

“Hal ini penting mengingat kami melaporkan kerugian 18 bulan yang lalu,” kata Iger seperti dikutip Fox Business, Senin (13/5).

Secara keseluruhan, Disney menghasilkan pendapatan US$22,08 miliar atau Rp355,11 triliun pada kuartal kedua, naik dari US$21,82 miliar pada periode tiga bulan yang sama tahun lalu, meski masih di bawah perkiraan Wall Street.

Perusahaan juga melaporkan laba per saham yang disesuaikan tidak termasuk item tertentu sebesar US$1,21, di atas perkiraan US$1,10.

Strategi peningkatan

Logo streaming TV, Netflix, disney plus, Amazon Prime, Hulu, HBO Max, Apple TV Plus. Shutterstock/Top_CNX

Iger mengungkapkan bahwa jalur untuk menuju profitabilitas bisnis streaming Disney tidak akan linear. Meski perusahaan telah mengantisipasi pelemahan kuartal ketiga karena sebagian besar penawaran konten olahraga di bersifat musiman, Disney sepenuhnya berharap streaming akan jadi pendorong pertumbuhan bagi perusahaan ke depan. "Kami telah memprioritaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai hal ini,” katanya.

Disney mengantisipasi keuntungan pada bisnis streaming pada kuartal keempat, ditambah peningkatan profitabilitas di tahun berikutnya. Eksekutif perusahaan hiburan itu sudah lama mengatakan bahwa layanan streaming mereka, yang kini secara kolektif memiliki 228,6 juta pelanggan, akan mencapai tonggak sejarah baru tahun ini.

Salah satu cara yang dilakukan dengan mulai menindak pelanggan yang meminjamkan akun mereka kepada non-anggota rumah tangga, dan perusahaan tersebut merencanakan peluncuran tindakan keras kata sandi global dengan sungguh-sungguh pada bulan September. Penambahan konten ESPN ke Disney+ terjadi setelah Disney memasukkan fitur Hulu di Disney+ di AS pada akhir Maret untuk pelanggan bundel.

Disney sebelumnya mengatakan pihaknya membayangkan bisnis streaming-nya pada akhirnya akan menghasilkan margin keuntungan dua digit. “Bisnis streaming dalam kondisi sangat baik dan kami merasa senang dengan prospek pertumbuhannya,” kata CFO Disney, Hugh Johnston.

Related Topics

DisneyStreaming

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi