Jakarta, FORTUNE - Investor terkemuka Lo Kheng Hong (LKH) dikenal dengan strategi investasinya yang cermat dengan membidik saham-saham berharga murah yang berpotensi memberikan keuntungan besar. Namun, kesesuaian sebuah strategi investasi kembali pada tujuan dan keyakinan investor itu sendiri.
“Bagi saya saham adalah pilihan yang terbaik, tapi pensapat sayan ini masih tak dipercayai 99 persen masyarakat Indonesia. Mereka ini kalau punya uang mereka masih taruh di bank, beli properti, jadi tak percaya bahwa saham adalah pilihan investasi terbaik,” ujarnya dalam talkshow "Stock Savvy: Mastering The Market " di Nyala Festival di Jakarta, Jumat (16/8).
Jika memaksakan diri berinvestasi dengan strategi yang tidak dikuasai, ia mengatakan keraguan bisa timbul dan dapat berakhir dengan kerugian di masa depan dan modal bisa habis tersedot tanpa hasil.
“Dulu modal saya minim sekali bekerja selama 11 tahun jadi pegawai tata usaha di bank. Tahun 79 saya kerja di bank gaji 50 ribu rupiah setelah 11 tahun baru 350 ribu rupiah. Saya mulai dari uang gaji saya itu yang kecil,” ujarnya.
LKH membagikan strategi investasinya di pasar saham agar tidak takut memulai, tapi juga tak merugi jangka panjang.
5 Jurus investasi LKH, bisa diterapkan investor pemula
1. Pilih saham perusahaan wonderful company
LKH mengatakan penting untuk memilih saham perusahaan yang tepat dan melakukan riset sendiri.
“Saya memilih investasi saham, bukan membuka usaha sebab ketika sudah memiliki saham perusahaan wonderful company, tinggal tidur saja dan perusahaan jadi mesin pencetak uang. Kalau itu perusahaannya jelek dan mahal, kalau jelek dan mahal kita tambah miskin.
Setiap tahun, kata dia, perusahaan wonderful company bisa tumbuh dan dividen dibagikan ke investor.
“Pastikan bukan investasi ke saham gorengan,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama Budi Rustanto, Equity Analyst OCBC Sekuritas mengatakan perlu juga untuk melihat kondisi ekonomi makro.
“Lihat pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga.
Kalau lihat GDP growth kita cukup stabil. Soal inflasi cukup terkendali. Kalau biscara suku bunga, semakin rendah suku bunga semakin baik. Tiga indikator ini berdampak,” ujar Budi.
Dia menambahkan, “Proyeksi sekarang suku bunga akan turun 1 persen sampai akhir 2024. Ini juga bergantung bagaimana BI bergerak dan berdampak pada IHSG kita.”
2. Memperhatikan prospek sarga saham
LKH mengatakan saat ini prospek saham di Indonesia cenderung All Time High (ATH), IHSG pun demikian. Namun, penting untuk memperhatikan harga saham agar bisa bermanuver dalam investasi saat kondisi kurang ideal.
“Saya punya mindset yang selalu hepi dalam keadaan bergejolak, walau nanti naik nanti turun. Saya investor yang hepi selalu karen punya mindset positif di tengah naik turun,” kata Lo.
Saat harga fluktuatif, mindset investor penting untuk melihat peluang. “Kalau turun saya happy karena bisa Beli Saham perusahaan bagus dengan harga murah dan itu peluang emas. Kalau besok misal naik ya nggak apa-apa, saya tambah kaya," kata Lo.
3. Punya mindset dalam riset dan investasi
Untuk memiliki mindset positif dan bermental baja, Lo menekankan jangan stress dan tetap tenang dalam berinvestasi selama nyaman dan yakin bahwa saham yang dipilih potensial.
“Kita kalau yakin harus yakin apa yang kita beli, tidak beli kucing dalam karung, jadi tidak khawatir. Tentu kalau kita membeli saham kita harus tahu apakah pengendali perusahaannya jujur dan berintegritas bukan suka ambil uang orang. Kalau tidak berintegritas jangan beli sahamnya,” kata Lo.
Selain itu, penting dilihat pergerakan perusahaan dan sektor usahanya.
“Biasanya bisnis yang kurang baik produknya bahyak bersaing dengan produk Cina dan ada kemungkinan sulit bersaing di pasar jadi peperusahaan an mengalami kesulitan. Tapi kalau produknya justru dibeli Cina ini justru bagus,” ujarnya, menambahkan.
Lo menyebut beberapa yang potensial, seperti perusahaan batubara yang mendapat permintaan besar dari Cina. Sektor lainnya yakni perbankan yang cenderung bertumbuh dan aman.
Budi menambahkan, lima sektor yang saat ini berpotensi adalah perbankan, multi sector holding, consumer, komoditas, dan telekomunikasi.
4. Cermat dan berhati-hati dalam diversifikasi portofolio
“Semua sekolah bisnis dan pakar Keuangan mengajarkan diversifikasi,” kata Lo.
Sebetulnya langkah diversifikasi untuk melindungi ketidaktahuan, tapi justru pakar membuat investor tak bisa diversifikasi karenanya perlu kehati-hatian dan jeli.
“Ketika Mercedes dijual di harga bajaj masa saya beli sedikit? Di dunia nyata tak ada mersi dijual di harga bajaj tapi di BEI ada. Sebaliknya, banyak bajaj dijual di harga Mercedes maka harus hati-hati,” kata Lo mengibaratkan.
Agar lebih cermat, ia mengingatkan untuk memperhatikan Good Corporate Governance, kondisi keuangan perusahaan, dan cari yang dividen yield-nya tinggi.
5. Mengidentifikasi saham potensial
Lo mengatakan, jurus mengindentifikasi saham potensial sebenarnya mudah dan sederhana dengan melihat price to earning ratio yang rendah dan price to book rendah.
“Ada formula angka 9. Belilah perusahaan yang maksimal price to earning ratio makimal 9 kali, yang price to book maksimal satu kali. Itu angka sembilan maksimal. Kalau sudah keluar angka itu price earning ratio dua ribu kali otomatis nggak memenuhi syarat, langsung terfilter,” ujarnya.
Meskipun sudah cermat berinvestasi ada kalanya investor bisa gagal atau salah berinvestasi. Bagaimana menaganinya?
“Kalau kita beli 10 yang jatuh 9 okelah masih cuan. Maka pilih yang berisiko rendah dan berpotensi untung besar. Ingat selalu aturan Warren Buffet, nomor satu aturannya jangan rugi. Nomor dua, lihat aturan nomor satu. Jadi selalu Kita pikirin risikonya dulu. Andaikata rugi, sebetulnya ilmu saham kita bertambah,” ujar Lo.
Lo menekankan, kunci utama menjadi investor sukses harus belajar setiap hari, keputusan berinvestasi bukan karena faktor orang lain.
“Reading and thinking bukan beli saham karena influencer atau tukang pompom, karena biasanya mereka rekomendasi saham jelek dan mahal nanti uang kita habis. Baca laporan keuangan dan perhatikan pengumuman dari korporasi. JangN lupa berhemat dan hidup sederhana agar makin banyak yang diinvestasikan,” kata Lo.