Jakarta, FORTUNE - Kendati sudah lama beroperasi, perdagangan saham dan obligasi bagi sebagian investor ritel ternyata lebih misterius dibandingkan jagad uang kripto yang bergerak liar. Pandangan mengejutkan terungkap lewat hasil survei yang dilakukan World Economic Forum (WEF) pada Kamis (4/8).
Dilansir dari Reuters, Jumat (5/8), survei WEF yang didanai swasta dan hasil kolaborasi dengan BNY Mellon serta Accenture, menunjukkan bahwa 29 persen investor mengatakan mereka tidak memahami pasar cryptocurrency yang baru terbilang baru. Namun, hampir 40 persen investor menyatakan bahwa mereka tidak memahami saham atau obligasi.
Mayoritas investor retail berusia di bawah 45 tahun
Tak hanya itu, survei mengungkapkan bahwa 70 persen investor ritel berusia di bawah 45 tahun. "Dengan adopsi global dan volume perdagangan kripto yang meningkat secara substansial selama beberapa tahun terakhir, ada banyak desas-desus tentangnya, yang kemungkinan memengaruhi kesadaran produk investasi," kata Meagan Andrews, pemimpin investasi di WEF.
Dia menambahkan, "Kurangnya cakupan produk yang lebih tradisional, seperti saham dan obligasi, mungkin juga memiliki efek sebaliknya terhadap kesadaran."
Nilai pasar cryptocurrency menggelembung hingga US$3 triliun pada November tahun lalu, menurut CoinMarketCap.com. Namun, pengetatan kebijakan moneter serta inflasi yang melonjak menggerus hampir dua pertiga dari nilai uang kripto.
Market cap tertinggi uang kripto, bagaimanapun, masih sangat kecil dibandingkan dengan pasar ekuitas dan pasar obligasi global, yang masing-masing bernilai US$124,4 triliun dan US$126,9 triliun pada tahun 2021, menurut Asosiasi Industri Sekuritas dan Pasar Keuangan.
Survei tersebut berlangsung di saat investor ritel menjadi kekuatan baru yang diperhitungkan di pasar. Aksi mereka melalui forum media sosial, tahun lalu, mampu mendorong rally berkepanjangan saham GameStop, sekaligus menekan sejumlah hedge fund.
Sebuah jajak pendapat oleh Gallup yang diterbitkan pada bulan Mei menunjukkan 58 persen orang Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka memiliki saham.
Fakta mengejutkan lainnya, survei WEF terhadap lebih dari 9.000 individu di sembilan negara ini juga mengungkapkan bahwa mayoritas investor ingin membangun kekayaan jangka panjang. Namun, sekitar 40 persen responden tidak berinvestasi karena mereka tidak tahu cara berinvestasi atau merasa bahwa berinvestasi terlalu membingungkan.