Jakarta, FORTUNE – PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mencatat kinerja negatif di tengah kondisi cuaca ekstrem dan tantangan operasional. Perusahaan mencatat rugi bersih US$13,96 juta, berbalik negatif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$21,66 juta.
Pada sembilan pertama 2024, DOID mencatat pendapatan US$1,35 miliar, turun tipis dibandingkan dengan US$1,36 miliar year-on-year (YoY), di tengah gangguan operasional yang disebabkan oleh peningkatan curah hujan di Indonesia dan Australia.
EBITDA Grup turun 16,4 persen (YoY) menjadi US$252,3 juta, terutama disebabkan oleh kondisi ekstrem tersebut dan investasi yang direncanakan untuk meningkatkan kapasitas produksi jangka panjang Grup.
Di samping itu, biaya keuangan perseroan juga meningkat sebesar 20 persen (YoY) akibat investasi berorientasi masa depan, yang menyebabkan kerugian bersih perseroan mencatat US$17,4 juta, berbalik rugi dari periode yang sama tahun seelumnya sebsar US$21,66 juta. Namun, jika dibandingkan periode semester I 2024, angka tersebut membaik dari kerugian bersih US$26,6 juta.
Manajemen DOID mengatakan, kerugian ini terutama disebabkan oleh langkah proaktif yang diambil untuk memperkuat fondasi keuangan Grup, termasuk pembayaran utang lebih awal dan pembelian kembali obligasi. Tindakan-tindakan ini, meskipun berdampak pada hasil jangka pendek, diharapkan dapat mengurangi beban bunga dan meningkatkan fleksibilitas keuangan Grup dalam jangka panjang.
“Periode 9 bulan pertama 2024 menjadi fase penting dalam perjalanan transformasi perusahaan. Fokus pada keunggulan operasional, ekspansi geografis, diversifikasi komoditas, dan keberlanjutan menempatkan kami pada posisi kuat di lanskap pertambangan global,” kata Iwan Fuad Salim, Direktur Delta Dunia Group dalam keterangan dikutip Senin (23/12).
Melalui akuisisi strategis, raihan kontrak signifikan, dan diversifikasi lebih lanjut ke Batubara non-termal dan logam dasar, kami membangun bisnis yang terdiversifikasi dan future-ready, yang memberikan nilai berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.”
Investasi Strategis dan Kontrak Penting
Hingga sembilan bulan pertama 2024, perusahaan telah melakukan sejumlah investasi untuk mendorong pertumbuhan kinerjanya di masa mendatang.
Langkah ini mencakup perpanjangan kontrak 11 tahun senilai US$7,8 miliar dengan PT Indonesia Pratama (IPR), anak perusahaan Bayan Group, perpanjangan kontrak dua tahun senilai AUD 200 juta untuk Tambang Meandu di Australia dengan TEC Coal Pty Ltd, serta kontrak baru sepanjang usia tambang senilai US$755 juta dengan PT Persada Kapuas Prima (PKP) di Kalimantan Tengah.
Perjanjian-perjanjian ini tidak hanya mendistribusikan risiko tetapi juga memperkuat sebaran geografis Grup, serta secara efektif melipatgandakan order book hingga tiga kali lipat menjadi lebih dari US$12,7 miliar, sekaligus memperkuat kepercayaan klien terhadap kapabilitas operasional Grup dan komitmennya terhadap kemitraan jangka panjang.
DOID juga mengambil langkah signifikan untuk memperkuat fondasi pertumbuhan berkelanjutan melalui berbagai akuisisi strategis, salah satunya akuisisi saham mayoritas di Atlantic Carbon Group, Inc. (ACG) menandai ekspansi Grup ke pasar Amerika Serikat sekaligus memperluas bisnis menjadi pemilik tambang.
Dengan kontribusi antrasit ultra-high-grade dari ACG, pendapatan batu bara non-termal kini menyumbang 26 persen dari total pendapatan Grup, mengurangi proporsi yang berasal dari batubara termal yang saat ini berkontribusi 74 persen. Pendapatan dari batu bara non-termal diproyeksikan meningkat menjadi 28 persen pada akhir 2024.
Untuk memperkuat posisinya sebagai pemilik tambang, Grup telah menandatangani perjanjian mengikat untuk mengakuisisi 51% saham di Dawson Complex, salah satu tambang batu bara metalurgi terbesar di Australia.
Operasional Dawson Complex memiliki kapasitas produksi tahunan lebih dari 8 juta bcm, cadangan lebih dari 20 tahun, dan sumber daya hingga 50 tahun, serta Coal Handling and Preparation Plant (CHPP) berkapasitas lebih dari 12 juta ton per tahun.
Beroperasi selama lebih dari 60 tahun, Dawson Complex telah menjalin hubungan kuat dengan pasar utama di Asia, termasuk India dan Jepang. Selain itu, Grup juga meningkatkan kepemilikan sahamnya di 29Metals Limited, perusahaan tambang logam dasar dan logam mulia berbasis tembaga di Australia, sebagai bagian dari upaya mendorong diversifikasi ke logam dasar dan logam mulia serta mengurangi ketergantungan pada batu bara termal.
Realisasi Capex
Dengan fokus pada ekspansi strategis dan diversifikasi, perseroan menyerap belanja modal (Capex) sebesar US$133,1 juta pada kuartal III 2024, naik 79 persen secara tahunan.
Investasi ini meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong pertumbuhan melalui ekspansi di site yang sudah ada, serta biaya Repair and Maintenance (R&M) yang memastikan umur panjang dan efisiensi aset Grup, sejalan dengan panduan Capex sepanjang tahun sebesar US$150 juta hingga US$190 juta.
Secara bersamaan, pengelolaan modal kerja yang lebih baik menghasilkan peningkatan arus kas operasional sebesar 2 persen, mencapai sekitar US$232 juta. Free cash flow (FCF) tercatat sebesar US$80,2 juta.
Namun, setelah akuisisi, FCF menurun menjadi US$-35,6 juta akibat investasi strategis, terutama di ACG dan belanja modal yang berkaitan dengan kontrak. Investasi ini mencerminkan komitmen Grup terhadap pertumbuhan dan membangun legacy yang berkelanjutan.