Jakarta, FORTUNE - Emiten produsen Semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) memproyeksikan volume penjualan semen perseroan tumbuh 10 persen tahun ini atau bertambah sekitar 1,7 hingga 1,8 juta ton. Kenaikan ini diyakini bakal terdorong oleh sejumlah faktor, seperti konsumsi semen dan aktivitas bisnis yang ditaksir meningkat usai Pemilu hingga kontribusi penjualan setahun penuh dari pabrik Semen Grobogan yang baru rampung diakuisisi tahun lalu.
Diketahui, Semen Grobogan baru selesai diakuisisi pada 1 Desember lalu dengan nilai transaksi Rp1,45 triliun. Semen Grobogan berada di Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dengan kapasitas produksi sebesar 1,8 juta ton clinker per tahun dan 2,9 juta ton semen per tahun. Selain meningkatkan penjualan, akuisisi ini juga diyakini akan meningkatkan Pangsa Pasar domestik Indocement dari yang sebelumnya 27,3 persen di 2023.
Presiden Direktur Indocement, Christian Kartawijaya mengatakan, permintaan semen curah diperkirakan bakal berlanjut tahun ini. Hal itu disebabkan oleh adanya percepatan pembangunan IKN, dan peningkatan konsumsi semen kantong di pasar properti residensial yang memanfaatkan diskon pajak PPN properti atas pembelian rumah baru dengan nilai
kurang dari Rp2 miliar (subsidi pajak PPN 100% sampai Juni, kemudian 50% sampai Desember 2024).
Ia juga memperkirakan peningkatan permintaan semen bakal terdororong oleh penurunan suku bunga di akhir tahun ini. Dengan berbagai kondisi tersebut, ia memperkirakan permintaan semen pada 2024 akan tumbuh sekitar 2–3 persen. "Kami yakin pertumbuhan volume penjualan INTP masih akan sejalan dengan pertumbuhan semen nasional," kata Christian dalam paparan pubik di Jakarta, Selasa (25/3).
Berdasarkan wilayah, Jawa masih menyumbang sebagian besar penjualan. Sedangkan berdasarkan jenisnya, 71 persen penjualan masih dikontribusi dari penjualan semen kantong yang biasanya digunakan untuk segmen ritel dan properti. Adapun, 29 persen sisanya berasal dari semen curah yanh dipakai untuk proyek infrastruktur termasuk di antaranya untuk proyek Ibu Kota Negara (IKN), Proyek Mass Rapid Transit (MRT) atau pembangunan pelabuhan.
"Kami berharap konsumsi semen masih bisa tumbuh lebih baik di semester kedua atau setelah lebaran. Memang kalau dilihat pertunbuhan sampai Februari masih 0,5 persen atau masih di bawah 1 persen. Tp kami percaya konsumsi masih bisa tumbuh 1-2 persen," katanya.
Untuk menunjang ekspansi dan operasional bisnis, perusahaan menganggarkan belanja modal atau capex sebesar Rp1 triliun. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp2,5 triliun seiring tidak adanya akuisisi yang dilakukan tahun ini.
Kenaikan laba
Sepanjang tahun lalu, Indocement membukukan pendapatan bersih sebesar 9,9 persen menjadi Rp17,94 triliun seiring peningkatan volume penjualan. Hal ini kemudian diikuti naiknya beban Pokok pendapatan sebesar 8,2 persen yang berdampak pada peningkatan margin laba kotor dari 31,5 persen pada2022 menjadi 32,6 persen pada 2023.
Beban operasional perseroan juga mengalami peningkatan 8,8 persen menjadi Rp3,62 triliun yang disebabkan oleh peningkatan volume penjualan dan peningkatan biaya yang terkait dengan perluasan operasi di Maros dan Grobogan. Penurunan Beban Operasi Lain (Neto) – setelah dikurangi Rp61,5 miliar atau -85,3 persen terutama disebabkan oleh tingginya penyelesaian proyek one-off pada kuartal IV 2022, termasuk kerugian selisih kurs pada 2023 dibandingkan keuntungan selisih kurs pada 2022.
Hal ini membuat margin laba usaha INTP tercatat sebesar 12,7 persen dan EBITDA sebesar 20,4 persen pada 2023. Dari angka di atas, Indocement membukukan peningkatan laba tahun berjalan 5,9 persen menjadi Rp1,95 triliun pada 2023.