Jakarta, FORTUNE - Berkshire Hathaway Inc, milik miliarder Warren Buffett menjual Saham Apple senilai US$75, 5 milar atau sekitar Rp1.223 triliun (kurs Rp16.203 per dolar AS). Aksi jual saham ini membuat kas tunai perusahaan salah satu orang terkaya dunia ini melonjak.
Kas tunai Berkshire tumbuh menjadi US$276,9 miliar per 30 Juni dari rekor yang pernah dicapai US$189 miliar tiga bulan sebelumnya.
Perusahaan menjual sekitar 390 juta saham Apple pada kuartal kedua, di samping 115 juta yang dijual dari Januari hingga Maret. Berkshire masih memiliki sekitar 400 juta saham Apple senilai US$84,2 miliar per 30 Juni, angka ini berkurang separuh dari US$140 miliar di akhir Maret lalu.
Lantas, apa alasan Warren Buffett menjual saham Apple? Sejumlah spekulasi memperkirakan Buffet ingin mengelola risiko atau tengah mengumpulkan uang tunai untuk mengakuisisi saham murah di tengah resesi.
Sedangkan mungkin bagi sebagian orang, tindakan Berkshire Hathaway Inc. mengurangi saham Apple diartikan sebagai menurunnya kepercayacaan Buffet terhadap prospek pertumbuhan perusahaan pembuat iPhone. Sehingga, banyak pihak di Wall Street mendesak para investor untuk mengabaikan berita tersebut dan tetap tenang.
Sejak Warren Buffett pertama kali mengungkapkan kepemilikannya di Apple pada 2016, saham perusahaan telah melonjak hampir 900 persen sejalan langkah perusahaan mempererat cengkeramannya pada industri tersebut dan menghasilkan laba yang belum terealisasi bagi Berkshire senilai miliaran dolar.
"Pengurangan kepemilikan Buffett atas Apple semata-mata tentang manajemen risiko," kata Joe Gilbert, manajer portofolio senior di Integrity Asset Management dikutip dari Fortune.com. "Jika ada kekhawatiran tentang kelangsungan hidup jangka panjang Apple, Buffett akan keluar dari seluruh posisi tersebut. Mirip dengan pengurangan posisi saham Berkshire lainnya, Buffett memiliki keuntungan yang belum terealisasi yang signifikan."
Pengungkapan portfolio Berkshire terjadi beberapa hari setelah Apple merilis hasil kuartalan, yang menunjukkan kembalinya pertumbuhan pendapatan dan mengisyaratkan bahwa fitur AI baru akan meningkatkan penjualan iPhone di kuartal mendatang. Saham Apple stabil setelah laporan laba dan akhirnya mengakhiri minggu dengan lebih tinggi meskipun terjadi aksi jual yang lebih luas.
Saham perusahaan teknologi berkapitalisasi pasar besar, termasuk Microsoft Corp., Amazon.com Inc. dan Alphabet Inc. semuanya jatuh dari rekor tertinggi yang dicapai pada awal Juli. Secara total, anggota Nasdaq 100 telah kehilangan lebih dari US$3 triliun selama rentang tersebut, sedangkan Nvidia Corp. dan Tesla Inc. masing-masing mengalami penurunan lebih dari 20 persen. Sementara itu, Apple turun sekitar 6 persen dari titik tertingginya sepanjang masa.
Ada kemungkinan Berkshire, seperti semakin banyak investor, ingin membuktikan bahwa investasi AI Apple akan membuahkan hasil dengan pertumbuhan pendapatan namun diragukan akan terjadi dengan cepat, menurut Brian Mulberry, manajer portofolio klien di Zacks Investment Management.
Valuasi Apple
Valuasi Apple yang berlipat — mencakup 33 kali laba pada pertengahan Juli — sekitar 11 poin lebih tinggi dibandingkan S&P 500, menunjukkan kesenjangan yang terakhir kali terlihat setelah pandemi dan krisis keuangan, merujuk data Bloomberg.
Namun terlepas dari premi valuasinya, Mulberry berpikir masih masuk akal bagi investor untuk memiliki saham Apple. "Mereka masih dalam posisi neraca yang sehat dan mereka masih akan menumbuhkan pendapatan lebih cepat daripada pasar yang lebih luas," katanya.
Analis Wedbush Dan Ives, mengungkapkan alasan lain seperti loyalitas merek Apple dan pertumbuhan masa depan – hal itu berada di titik puncak dari apa yang menurutnya merupakan siklus peningkatan besar yang akan mendorong pertumbuhan pendapatan pada tahun 2025 dan 2026.
“Meskipun beberapa orang mungkin menganggap ini sebagai kekhawatiran kepercayaan, Apple baru saja menghasilkan kuartal yang kuat dengan siklus super besar yang digerakkan oleh AI di masa depan dan kami tidak melihat ini sebagai waktu untuk menekan tombol keluar,” kata Ives.
Apple bukan satu-satunya saham yang dipangkas Berkshire akhir-akhir ini — perusahaan itu telah melepas saham Bank of America Corp., memangkas porsi kepemilikannya sebesar 8,8 persen sejak pertengahan Juli. Beberapa orang melihat itu sebagai tanda bahwa Buffett tidak melihat masalah individu dengan kedua perusahaan, tetapi sebaliknya bertaruh bahwa konsumen AS dan ekonomi yang lebih luas akan melemah.
“Buffett mungkin merasa kita akan memasuki resesi, jadi dengan mengumpulkan kas tunai sekarang, dia akan dapat membeli perusahaan dengan harga murah nanti,” kata Jim Awad, direktur pelaksana senior di Clearstead Advisors. “Dia mungkin mencium adanya peluang yang datang.”