Arab Saudi dan Rusia Pangkas Produksi, Harga Minyak Menguat Tipis

Saudi tambah pengurangan pasokan minyak 1 juta bph.

Arab Saudi dan Rusia Pangkas Produksi, Harga Minyak Menguat Tipis
ilustrasi kilang minyak (unsplash.com/Robin Sommer)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Harga minyak menguat tipis, Senin (6/11) setelah dua eksportir utama minyak, yakni Arab Saudi dan Rusia sepakat mengurangi produksi hingga akhir tahun demi menjaga pasokan lebih ketat. Pasar juga mewaspadai sanksi lebih keras Amerika Serikat (AS) terhadap minyak Iran.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 41 sen, atau 0,5 persen ke level US$85,30 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level US$81,05 per barel, naik 54 sen atau 0,7 persen.

Seperti perkiraan analis, Arab Saudi mengonfirmasi mengenai kelanjutan pengurangan tambahan pasokan sebesar 1 juta barel per hari (bph), yang berarti produksi minyak hanya sekitar 9 juta barel per hari pada Desember nanti, menurut seorang sumber di kementerian energi.

Menyusul pernyataan Arab Saudi, Rusia juga mengumumkan akan melanjutkan pemangkasan pasokan tambahan sebesar 300.000 barel per hari dari ekspor minyak mentah dan produk minyak bumi hingga akhir Desember.

Harga minyak kontrak sempat mencatat penurunan mingguan kedua pada minggu lalu sekitar 6 persen, terdorong oleh berkurangnya kekhawatiran gangguan pasokan akibat kemungkinan meluasnya konflik di Timur Tengah.

Israel menolak tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata dengan Hamas, di Palestina ketika diplomat tinggi AS berupaya mengatasi krisis yang mengancam eskalasi lebih lanjut di negara tetangganya, Lebanon.

“Fokus pasar telah beralih ke prospek permintaan yang masih belum pasti," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
  

Sentimen Timur Tengah 

Minggu ini, investor mengamati lebih banyak data ekonomi dari Tiongkok setelah konsumen minyak nomor dua dunia itu merilis data pabrik bulan Oktober yang mengecewakan .

IG Australia Market Analyst, Tony Sycamore memperkirakan harga minyak akan didorong oleh berita utama dari Timur Tengah dan grafik teknis pekan ini.

WTI perlu mempertahankan dukungan di atas US$80 per barel pada awal minggu ini, untuk menghindari penurunan harga ke level terendah di posisi US$77,59s seperti yang terlihat pada Agustus lalu.

Sementara itu, pada Jumat lalu, DPR AS mengesahkan rancangan undang-undang untuk memperkuat sanksi terhadap minyak Iran yang akan menerapkan tindakan terhadap pelabuhan dan kilang asing yang memproses minyak yang diekspor dari Iran jika undang-undang tersebut ditandatangani menjadi undang-undang.

Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak turun 8 menjadi 496 pada pekan lalu. Ini merupakan level terendah sejak Januari 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes dalam laporan mingguan.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024