Jakarta, FORTUNE - Tambang batu bara milik PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) kembali menemukan tambahan cadangan. Dengan temuan ini, cadangan batu bara tambang milik taipan Hary Tanoesoedibjo ini naik menjadi lebih 200 juta Metrik Ton (MT).
Menurut Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI), salah satu Izin Usaha Pertambangan
(IUP) yang baru saja diakuisisi oleh IATA, PT Arthaco Prima Energy (APE) berhasil menemukan tambahan cadangan sebanyak 37 juta MT dengan GAR 2.500 – 3.250 kg/kcal pada program pengeboran APE Tahap 1 dan 2 di atas lahan seluas 660 Ha, dari total area yang dapat dieksplorasi seluas 15.000 Ha.
IATA juga melakukan pengeboran pada IUP lainnya. PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE), dan KCMI melaporkan penemuan cadangan untuk IBPE Tahap 1 sejumlah 6,22 juta MT dengan GAR 3.375 kg/kcal di area seluas 960 Ha, dari total area yang dapat dieksplorasi seluas 15.000 Ha.
"Dengan tambahan laporan KCMI ini, cadangan batu bara terbukti dari 4 IUP yang dimiliki oleh IATA naik menjadi 201,32 juta MT dari sebelumnya 158,68 juta MT," tulis manajemen perseroan dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (30/5).
Dampak terhadap kinerja dan keuntungan
Dengan menggunakan harga rata-rata batu bara acuan (HBA) dari tahun 2021 hingga Mei 2022, kegiatan penambangan APE dan IBPE akan menghasilkan Net Present Value (NPV) masing-masing sebesar US$ 220,4 juta dan USD 34,9 juta, dengan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 55,2 persen dan 59,5 persen. Sedangkan, Break-Even Point (BEP) sebesar 7,29 juta MT dan 1,94 juta MT, serta Payback Period masing-masing 2,06 tahun dan 1,54 tahun.
Menurut manajemen, penemuan cadangan dan sumber daya batu bara akan terus meningkat karena pengeboran APE dan IBPE yang saat ini dilakukan secara kolektif belum mencapai 15% dari total area yang ditambang.
Pengeboran APE Tahap 3 dijadwalkan rampung pada kuartal ini, sedangkan
pengeboran Tahap 4 dijadwalkan akan selesai pada pertengahan kuartal berikutnya.
APE dan IBPE masing-masing memiliki IUP operasi seluas 15.000 Ha di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Lokasi penambangan APE hanya berjarak
12,5 km dari sungai dan sekitar 108 km ke area transhipment di pelabuhan Tanjung Buyut.
Lokasi penambangan IBPE berjarak 5 km dari pelabuhan dan memiliki jarak yang sama yaitu 108 km ke area transhipment di pelabuhan Tanjung Buyut. Baik APE maupun IBPE ditargetkan untuk mulai berproduksi pada tahun ini.