Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), emiten yang juga anak usaha Pertamina yang bergerak dalam sektor panas bumi, mencatat kinerja positif pada 2022. Kinerja positif ini dapat dicapai berkat strategi efisiensi, penjualan uap, listrik, dan pendapatan lain-lain yang berkontribusi pada naiknya laba bersih perusahaan sebesar 49,7 persen dibanding 2021.
Dalam laporan keuangan perseroan, PGE mencatat laba bersih pada 2022 senilai US$127,3 juta atau sekitar Rp1,98 triliun. Angka ini tumbuh signifikan dari capaian 2021 senilai US$85 juta.
Sepanjang 2022 perusahaan mencatat peningkatan pendapatan operasional sebesar 4,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) yang berkontribusi pada kenaikan pendapatan sebesar US$17 juta.
Salah satu faktor peningkatan tersebut berasal dari meningkatnya harga jual uap dan listrik yang mengacu pada US Producer Price Index (PPI) dan Consumer Price Index (CPI). "Kenaikan laba ini didukung beban operasional perusahaan yang menurun signifikan sebagai hasil dari program efisiensi yang dijalankan," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi, Kamis (30/3).
Dari sisi pendapatan lain-lain, PGE juga membukukan penjualan carbon credit sebagai new revenue generator. Untuk meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 600 MW pada 2027, PGE sedang membangun PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas sebesar 55 MW yang ditargetkan mulai beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date) pada akhir 2024.
Strategi optimalisasi aset
PGE sudah menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED) untuk fasilitas Fluid Collection and Reinjection System (FCRS). Tahap ini merupakan bagian dari proyek pembangunan PLTP Hulu Lais Unit 1 dan 2 dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 55 MW yang diharapkan beroperasi secara komersial (Comercial Operation Date) pada 2026.
Kedepannya, perseroan akan fokus mengoptimalkan aset panas bumi yang sudah dimiliki. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui metode co-generation technology dengan memanfaatkan air panas (brine) yang tersedia untuk membangkitkan tenaga listrik. "Teknologi co-generation sudah diimplementasikan pada PLTP Lahendong dengan memanfaatkan brine sisa produksi uap sebesar 700 KW," tulis manajemen.
Dari sisi ESG, pada 2022 PGE berhasil mendapatkan ESG Rating 2 dari Sustainable Fitch. Rating ini mengindikasikan PGE berada dalam kategori good performance dari sisi pengelolaan ESG.
Inisiatif ESG yang dilakukan oleh PGE pada 2022 berasal dari beberapa program, sepertii: pemanfaatan teknologi co-generation (brine to power) di area Lahendong, pengurangan emisi dan penjualan carbon credit, program keanekaragaman hayati, manajemen keselamatan kerja, CSR, ERM, cyber security, dan penerapan sistem manajemen anti penyuapan (SMAP).