Ekspansi Pabrik, Chandra Asri (TPIA) Siapkan Capex Rp6,24 Triliun

Proyek CA-EDC akan mendukung industri mobil listrik.

Ekspansi Pabrik, Chandra Asri (TPIA) Siapkan Capex Rp6,24 Triliun
Fasilitas Chandra Asri, emiten petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu. (Website Chandra Asri)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Emiten kimia milik pengusaha Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) bakal melanjutkan ekspansinya tahun ini dengan membangun pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC). Perseroan menganggarkan belanja modal (Capex) sebesar US$400 juta atau sekitar Rp6,21 triliun tahun ini.

Direktur Chandra Asri, Suryandi mengatakan, dari total capex yang dianggarkan, sekitar US$300 juta akan digunakan untuk membangun pabrik CA-EDC.

"Pembangunannya akan dimulai tahun ini. Proyek tersebut akan memakan waktu 26-28 bulan," katanya dalam paparan publik virtual, Rabu (10/1).

Setelah rampung, ke depan proyek ini ditargetkan bisa berkontribusi positif terhadap margin Chandra Asri group. Untuk diketahui, Chandra Asri melalui anak perusahaan Chandra Asri Alkali (CAA), tengah mengembangkan pabrik CA-EDC yang akan memproduksi lebih dari 400 KTA caustic soda dan 500 KTA Ethylene Dichloride (EDC).

Pabrik ini dibangun perseroan bersama Inalum dengan total nilai investasi US$8500 juta atau sekitar Rp13 triliun. Pabrik CA-EDC Chandra Asri mendukung hilirisasi rantai nilai nikel, sebagai komponen penting industri kendaraan listrik yang sedang berkembang. 

"Ke depan, diharapkan akan memberikan kontribusi positif terhadap margib Chandra Asri group," kata Suryandi.

Proyeksi kinerja

Terkait target pertumbuhan pendapatan dan laba tahun ini, Suryandi mengatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi bisnis Petrokimia seperti kondisi geopolitik, dan supply-demand.

Namun, dengan adanya diversifikasi bisnis TPIA ke infrastruktur, ia berharap  kinerja laba bersih akan lebih baik. Kinerjanya infrastruktur lebih stabil diharapkan bisa mengimbangi penurunan performa petrokimia di periode tertentu.

Saat ini petrokimia masih net import, sehingga perseroan masih melihat peluang besar untuk memenuhi kebutuhan petrokimia dalam negeri.

"Dari segi revenue, TPIA akan mengoptimalkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, pendapatan akan tergantung kepada harga. Target akan mengacu pada 2023 dan juga TPIA akan mencermati marjin karena bisnis petrokimia dan usaha tidak terlepas dari keadaan di belahan dunia lainnya," katanya. 

Chandra Asri Group diketahui tengah gencar diversifikasi bisnis sebagai upaya memperkuat kinerja Perusahaan. TPIA diketahui telah mengakuisisi PT Krakatau Chandra Energi (dulunya PT Krakatau Daya Listrik) dan PT Krakatau Tirta Industri di sektor infrastruktur melalui anak usahanya PT Chandra Daya Investasi (CDI) pada awal  2023. 

Terkait rencana merger dan akuisisi ke depan, perseroan mengatakan akan merealisasikan hilirisasi industri oil and gas, menjadi hilirisasi support industri nikel, smelter, alumina. Caustic soda juga merupakan bahan baku smelter, pulp & paper juga deterjen. Akuisisi bisnis di tahun berjalan akan mengembangkan bisnis energi dan air. TPIA juga telah menambah saham di Krakatau Posco Energi. 

"Selain itu, semuanya masih pipeline dan belum bisa disampaikan," kata Direktur Chandra Asri Edi Rivai. 

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil