Jakarta, FORTUNE - Emiten produsen emas, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) ekspor perhiasan emas ke perusahaan India. Pada 15 Desember lalu, perseroan telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) terkait perjanjian kerja sama dengan Bright Metal Refiners (BMR).
Ekspor perhiasan emas dengan total pemesanan 500 kilogram itu berlaku dalam jangka waktu tiga bulan sejak 15 Desember hingga 15 Maret 2024 atau sampai dengan jumlah total pesanan terpenuhi.
"Nilai transaksi tersebut di atas diperkirakan sebesar US$30,02 juta atau setara dengan Rp465,21 miliar, " kata Sekretaris Perusahaan HRTA, Ong Deny dalam keterangannya.
Nilai transaksi tersebut tidak lebih dari 20 persen dari ekuitas Perseroan, sehingga transaksi ini bukan merupakan Transaksi Material sebagaimana diatur dalam POJK 17/2020. Adapun, Perseroan dengan BMR tidak memiliki hubungan afiliasi dan benturan kepentingan. Transaksi ini diharapkan berdampak positif terhadap kinerja produksi dan penjualan
Perseroan.
Peluang pasar
Sebelumnya, Hartadinata Abadi menjajaki peluang kerja sama ekspor dengan sejumlah calon partner strategis. Strategi ini diharapkan mampu memperkuat kinerja ekspor dan mampu mendorong kinerja perseroan ke depan.
Perseroan telah memasuki pasar ekspor pada tahun ini. Akhir Mei lalu, perusahaan menandatangi nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan asal India LP Commodities Private Limited (LPCPL) terkait kerja sama ekspor perhiasan emas dengan total jumlah pesanan 3 ton emas dn nilai transaksi US$177,82 juta atau setra Rp2,66 triliun.
Direktur Investor Relations Hartadinata Abadi Thendra Chrisnanda, mengatakan peluang peningkatan kerja sama ekspor masih terbuka lebar. Perusahaan, bahkan sedang melakukan penjajakan dengan sejumlah calon mitra strategis.
"Kami sedang ada due diligence untuk partner strategis lainnya dari beberapa negara, seperti Asia, Saudi Arabia, dan negara-negara Asia Timur. Beberapa dari mereka sudah menawarkan potensi kerja sama tersebut,” katanya di Jakarta, Jumat (9/6).
Menurutnya, pasar Asia memiliki potensi yang besar. India misalnya, konsumsi emasnya bisa mencapai lebih dari 700 ton setiap tahunnnya. Hal itu tak terlepas dari budaya negara setempat, yang mana banyak masyarakat negara tersebut gemar memakai perhiasan dan aksesoris, termasuk sebagai simbol status sosial.
Dengan potensi tersebut ditambah dengan kerja sama ekspor yang sudah terjalin dan penambahan dua mitra dari India, dia optimistis kinerja perseroan di kuartal kedua bakal lebih baik dibandingkan kuartal pertama 2023. "Pertumbuhan mungkin akan lebih solid di kuartal II ini karena di domestik itu ada lebaran, ditambah adanya ekspor, " ujarnya.