Jakarta, FORTUNE - Emiten produsen baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar US$2,24 miliar atau setara Rp34,90 triliun pada 2022. Angka ini meningkat 5,8 persen dari pendapatan perseroan di 2021 sebesar US$2,12 miliar atau Rp 30,22 triliun. Di saat yang sama, perseroan juga mencatatkan laba bersih sebesar US$22,64 juta atau sekitar Rp353,07 miliar.
Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo, mengatakan sepanjang 2022 perseroan berupaya menjaga kinerja bisnis sebagaimana tercermin dengan diraihnya laba bruto sebesar US$202,47 juta atau setara dengan Rp3,16 triliun serta EBITDA positif US$108,72 juta. "Perseroan juga mencatatkan laba bersih sebesar US$22,64 juta atau setara dengan Rp353,07 miliar sehingga tiga tahun berturut-turut Krakatau Steel berhasil mempertahankan pencatatan laba,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (30/6).
Perseroan juga diketahui melunasi utang Commerzbank sebesar US$216 juta atau Rp3,3 Triliun. Hingga kini, total utang Krakatau Steel telah membayar utang senilai US$718 juta atau setara dengan Rp10,9 triliun dari total pokok utang sebesar US$2,2 miliar.
Alhasil, sepanjang 2022, perusahaan Krakatau Steel mampu menjaga arus kas positif yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar US$306,58 juta atau sekitar Rp4,78 triliun pada 2022. Jumlah tersebut naik sebesar 2 kali dari USD119,89 juta atau setara dengan Rp1,71 triliun dibandingkan dengan periode yang sama di 2021.
“Berdasarkan hasil audit dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PricewaterhouseCoopers), secara keseluruhan laporan keuangan Krakatau Steel telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material. Posisi keuangan Krakatau Steel per 31 Desember 2022 serta kinerja keuangan dan arus kas yang berakhir pada tanggal tersebut sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia,” ujarnya.
Penyebab keterlambatan rilis laporan keuangan
Krakatau Steel baru merilis Laporan Keuangan Tahun Buku 2022. Purwono menjelaskan, proses penyelesaian Audit Laporan Keuangan Tahun Buku 2022 mengalami keterlambatan akibat adanya insiden kebakaran pada fasilitas Hot Strip Mill (HSM).
Insiden ini dapat mempengaruhi kemungkinan laba kena pajak terhadap kinerja di 2023, sehingga manajemen memilih untuk memulihkan sebagian aset pajak tangguhan di tahun 2022 yang kemudian berpengaruh kepada kinerja 2022.
“Insiden HSM diperkirakan akan berpengaruh terhadap operasional perseroan untuk 6 - 7 bulan ke depan. Manajemen menyiapkan langkah-langkah antara lain segera melakukan perbaikan pabrik, melakukan program efisiensi, meningkatkan penagihan, melakukan penjadwalan pembayaran kepada beberapa suplier, maupun melakukan kerja sama dengan sesama pabrik baja untuk mengalirkan ketersediaan bahan baku,” katanya.
Krakatau Steel juga tetap berusaha memenuhi komitmen penyelesaian utang sesuai perjanjian restrukturisasi yang ada sekaligus segera memulai proses restrukturisasi lanjutan dengan para kreditur. Untuk meningkatkan kinerja, Krakatau Steel sebagai Holding tidak hanya bergantung pada core industri baja saja, ada bisnis pengembangan kawasan industri, kepelabuhan logistik, energi, maupun pengelolaan air industri.
"Sehingga seluruh kontribusi Subholding dari Krakatau Steel dan Group tersebut dapat menjadi sebuah dorongan dan dukungan untuk kinerja Krakatau Steel yang lebih baik lagi terutama untuk kinerja di tahun 2023 ini,” katanya.