Laba Saratoga Anjlok 81% Meski Pendapatan Dividen Naik, Ini Sebabnya

Pendapatan dividen 2022 rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Laba Saratoga Anjlok 81% Meski Pendapatan Dividen Naik, Ini Sebabnya
Emiten afiliasi Sandiaga Uno, Saratoga Investama. (Website Saratoga Investama)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan investasi terafiliasi Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan laba bersih Rp4,61 triliun, turun 81,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 24,88 triliun. Padahal, di saat yang sama, perseroan mencatat kenaikan penghasilan dividen yang diperoleh dari perusahaan portofolio investasi menjadi Rp 2,6 triliun. Mengapa demikian? 

Mengutip laporan keuangan perusahaan, sepanjang 2022 Saratoga membukukan keuntungan neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lain sebesar Rp3,75 triliun, lebih rendah 84,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp24,40 triliun.Sedangkan penghasilan dividen, bunga dan investasi perseroan tumbuh 57 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp2,61 triliun. 

Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaya menjelaskan pencapaian dividen tersebut menjadi rekor dividen terbesar yang pernah diperoleh Saratoga. PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) menjadi kontributor dividen terbesar di tahun lalu.

“Kami menyampaikan apresiasi atas kinerja luar biasa portofolio investasi seperti ADRO, MDKA, TBIG, MPMX dan portofolio lainnya, sehingga berhasil mengoptimalkan peluang bisnis yang ada dan menghasilkan setoran dividen yang menjadi rekor sepanjang usia Saratoga," ujar dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (13/3).

Namun, hal ini tidak bisa mengimbangi besaran penurunan keuntungan investasi, ditambah dengan meningkatnya sejumlah pos beban seperti beban usaha, beban lainnya dan kerugian selisih kurs menyebabkan perusahaan mengantongi laba sebelum pajak Rp5,85 triliun. Perolehan ini juga lebih rendah dari perolehan tahun sebelumnya Rp25,69 triliun. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, Saratoga akhirnya membukukan laba bersih Rp4,61 triliun. 

Kenaikan Net Asset Value (NAV)

Perusahaan juga mencatatkan Net Asset Value (NAV) sebesar Rp 60,9 triliun pada 2022, tumbuh 8 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 56,3 triliun. Pertumbuhan NAV yang tetap positif di tengah berbagai tekanan faktor ekonomi sepanjang tahun lalu menurutnya membuktikan solidnya strategi investasi dan fundamental bisnis portofolio investasi Saratoga.

"Pertumbuhan NAV positif dan perolehan dividen juga menjadi salah satu bukti kemampuan SDM Saratoga dalam mengembangkan strategi investasi perusahaan di tengah situasi ekonomi yang penuh tekanan dan pasar modal yang volatile pada tahun 2022,” kata Michael.

Di tengah lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga global maupun domestik, pada tahun 2022 Saratoga mampu memangkas nilai utang menjadi Rp1,6 triliun atau turun lebih dari 60 persen dibandingkan 2021.

Hal ini juga menyebabkan utang bersih perusahaan berada di posisi yang cukup rendah, yaitu di Rp 688 miliar. Dengan cashflow yang solid dan terukur, Saratoga saat ini memiliki ruang untuk mengoptimalkan setiap peluang investasi yang sesuai dengan DNA investasi perusahaan.

“Saratoga menutup 2022 dengan dukungan modal yang solid, sehingga perusahaan memiliki ruang yang lebar dalam mengeksekusi strategi investasinya. Kami berharap peningkatan portofolio investasi Saratoga akan terus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan membuka lebih banyak lapangan kerja bagi Indonesia,” kata Michael.

Rasio biaya operasional

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menambahkan, ditengah berbagai tekanan ekonomi dan meningkatnya risiko investasi di seluruh dunia, pada tahun lalu manajemen berhasil menjaga rasio biaya operasional dan pinjaman pada batas yang sehat.

Perusahaan mencatat, sepanjang tahun lalu rasio biaya operasional terhadap NAV sebesar 0,4 persen, sementara rasio pinjaman terhadap NAV turun menjadi 1,1 persen dibandingkan 2021 yang mencapai 5,8 persen.

“Keberhasilan itu menunjukkan bahwa perencanaan investasi yang tepat, yang didukung dengan pengelolaan modal investasi yang efisien, prudent dan terukur, mampu menjadikan Saratoga berhasil meraih kinerja positif pada tahun yang sangat menantang," katanya. 

Dengan pengalaman yang semakin matang dan kemampuan Saratoga dalam mengeksekusi strategi investasi di masa pandemi Covid-19 tiga tahun terakhir yang menurutnya menyebabkan NAV perusahaan mencapai rekor tertingginya pada tahun 2022.

Portofolio investasi

Hingga 2022, Saratoga telah berinvestasi di sejumlah perusahaan. Berikut profil dan kinerja portolio investasi Saratoga sepanjang 2022:

  • PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)

Pada 2022 ADRO berhasil mencatat laba bersih terbesar sepanjang masa senilai US$ 2,49 miliar atau sekitar Rp 38 triliun. Kenaikan hingga 167 persen dibandingkan 2021 itu diraih ADRO berkat volume penjualan yang meningkat dan harga rata-rata batubara yang tinggi sepanjang 2022. Berkat kinerjanya ini, ADRO mengumumkan dividen interim terbesar untuk tahun buku 2022 yaitu sebesar US$ 500 juta, meningkat 67 persen dari dividen interim 2021 sebesar USD 300 juta.

  • PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)

Pada tahun 2022, MDKA telah mengakuisisi proyek tambang nikel dan peleburan nikel (smelter) kelas dunia yang dikonsolidasikan di bawah entitas Merdeka Battery Materials (MBM). Asetnya meliputi;
1. Tambang Nikel SCM (Sulawesi Cahaya Mineral), salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang belum dikembangkan. Total sumber daya JORC lebih dari 1,1 miliar dmt pada 1,22 persen Ni, mengandung 13,8Mt Nikel dan pada 0,08 persen Co, mengandung 1,0Mt Kobalt;
2. CSI (Cahaya Smelter Indonesia) dan BSI (Bukit Smelter Indonesia), dua smelter nikel rotary kiln-electric furnace (RKEF) yang sudah menghasilkan arus kas dan beroperasi dengan kapasitas produksi gabungan 38 ktpa nikel;
3. ZHN (Zhao Hui Nickel), saat ini sedang membangun smelter nikel RKEF dengan kapasitas terpasang 50ktpa dan memiliki target beroperasi pada Juli 2023;
4. AIM (Acid Iron Metal), yang akan mengolah bijih pirit dari Tambang Tembaga Wetar dan menghasilkan asam sulfat, uap, bijih besi, serta bijih emas dan perak. Permintaan asam sulfat diperkirakan akan meningkat signifikan didorong oleh pembangunan pabrik high-pressure acid leach (HPAL) tambahan di Indonesia.
Produksi pertama AIM diharapkan akan dimulai pada paruh kedua tahun 2023;
5. IKIP (Indonesia Konawe Industrial Park), perusahaan patungan dengan Tsingshan untuk mengembangkan kawasan industri pengolahan nikel hilir di dalam IUP SCM.

MDKA pada tahun lalu juga berhasil menerbitkan 1,2 miliar saham baru dengan total penggalangan dana sebesar USD 235 juta. Melalui aksi korporasi itu Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) telah menjadi mitra strategis MDKA dengan kepemilikan saham sebanyak 5 persen di perusahaan tersebut. Kerja sama tersebut membuka peluang kerjasama investasi sumber daya mineral untuk rantai nilai logam baterai, seperti nikel, kobalt, litium, tembaga, mangan, dan aluminium.

  • PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)

Pada  Mei 2022, MPMX mengembangkan kemitraan strategis dengan CARRO, pasar mobil bekas terbesar dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. CARRO menginvestasikan dana senilai Rp 784 miliar melalui akuisisi 50 persen saham MPMRent, salah satu lini bisnis MPMX. CARRO akan menghadirkan kemampuan teknologi dan digitalisasi (mis. Big Data, AI, algoritma penetapan harga yang relevan) untuk menciptakan ekosistem otomotif online dan offline terintegrasi satu-satunya di Indonesia, yang menawarkan produk dan layanan
lengkap mulai dari marketplace, sewa, pembiayaan hingga asuransi yang melayani pasar B2B dan B2C.

  • PT Samator Indo Gas Tbk (AGII)

Pada Desember 2022, perseroan mengganti nama Aneka Gas Industri menjadi PT Samator Indo Gas Tbk. Strategi ini diharapkan akan semakin mendekatkan Samator kepada masyarakat dan produk-produknya kian dikenal di pasar. Di bulan November 2022, AGII memulai proses pembangunan pabrik baru di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah dengan target commissioning di dalam 18-24 bulan ke depan. Hal tersebut dilakukan setelah berhasil menandatangani perjanjian jual-beli dengan KCC Glass Corporation Korea Selatan. KCC sedang membangun pabrik di KITB yang diproyeksikan menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.

  • PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

TBIG telah berhasil mengoperasikan 21,7 ribu sites menara telekomunikasi dan melayani sekitar 40,7 ribu pelanggan hingga kuartal III-2022. Jumlah tersebut tumbuh positif dibandingkan akhir tahun 2021, dimana jumlah sites menara yang dimiliki TBIG sebanyak 20,6 ribu dengan total pelanggan sekitar 39,1 ribu. Sebagai usaha untuk mengelola arus keuangan yang efisien dan disiplin, TBIG juga sukses menerbitkan tiga obligasi dalam mata uang rupiah dengan nilai total Rp 5,4 triliun.

Perusahaan Privat

  • AtriaDC

AtriaDC memiliki dan mengoperasikan pusat data dalam kota yang scalable dan purposebuilt di Indonesia. AtriaDC juga memiliki aset cadangan lahan yang mampu menampung
total kapasitas yang dirancang hingga sebesar 33 mega watt (MW).

  • City Vision

Pada tahun 2022, City Vision sukses meluncurkan jaringan LED paling bergengsi di Indonesia yaitu Jaringan Digital Iconic Bundaran HI (Hotel Indonesia), sebuah jaringan baru dengan lima tampilan digital yang menghiasi fasad dan interior Plaza Indonesia yang mewah dan Grand Hyatt Hotel yang legendaris.

  • Forest Carbon

Forest Carbon merupakan pengembang proyek karbon premium yang berdiri pada tahun 2012. Perusahaan ini dibangun untuk memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, keanekaragaman hayati, dan investor melalui model bisnis yang telah terbukti.

  • Xurya

Xurya telah berhasil menyelesaikan pendanaan Seri A tambahan, menjadikan putaran total pendanaan Seri A sebesar USD 33 juta. Untuk memperkuat pasar, Xurya juga mengembangkan kemitraan strategis dengan Mitsui Co., Ltd dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024