Jakarta, FORTUNE - PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) merilis kinerja keuangan sembilan bulan pertama 2023. Secara keseluruhan, penjualan dan profitabilitas
emiten jamu ini menurun, terdampak penurunan tantangan daya beli yang masih berlanjut dari kuartal sebelumnya.
Hingga kuartal III 2023, SIDO membukukan penjualan bersih sebesar Rp2,36 triliun atau lebih rendah 9,7 persen dibandingkan periode yang sama 2022. Manajemen menuturkan, semua segmen bisnis mencatatkan penurunan penjualan dibandingkan tahun lalu, seperti segmen Herbal yang tercatat -12,1 persen, segmen Makanan & Minuman -2,6 persen dan segmen farmasi -25,6 persen.
Daya beli pelanggan terpantau lemah di kuartal, disebabkan oleh lonjakan harga beras yang signifikan lebih dari 20 persen yang menyebabkan peningkatan inflasi pangan di triwulan III 2023.
"Kenaikan harga beras berdampak pada penurunan permintaan produk kesehatan konsumen, karena konsumen saat ini lebih selektif dalam berbelanja dibandingkan triwulan sebelumnya," kata manajemen Sido Muncul dalam penjelasannya, dikutip dari keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (30/10)/
Dengan begitu, banyak pelanggan mengarahkan prioritasnya ke kategori makanan dan transportasi sebagai daftar belanja utama mereka.
Di sisi lain, Gross Profit Margin (GPM) atau margin laba kotor SIDO tetap stabil di level 54 persen pada 9 bulan pertama 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,
biaya operasional naik 2,4 persen didorong oleh biaya iklan dan promosi yang lebih tinggi untuk mempertahankan pangsa pasar dan menciptakan permintaan di tingkat pelanggan
akhir.
Dengan demikian, laba operasional inti dibukukan turun 16 persen, tidak termasuk kerugian nilai tukar yang belum direalisasi dari bisnis ekspor ke Nigeria.
Laba bersih setelah pajak tercatat turun sebesar 18,6 persen menjadi Rp586 miliar hingga kuartal III 2023 sebesar Rp720 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pangsa pasar
Meskipun penjualan mengalami pelemahan, perusahaan mampu mempertahankan pangsa pasar tetap stabil. Produk Tolak Angin mencatat peningkatan pangsa pasar 1,4 persen menjadi 73 persen sepanjang periode yang berakhir September, dibandingkan tahun lalu sebesar 71 persen.
Hal ini menunjukkan ketahanan kekuatan ekuitas merek yang solid dan mencerminkan loyalitas pelanggan yang terus memilih Tolak Angin sebagai solusi utama untuk mencegah masuk angin.
"Tantangan penjualan saat ini kami pandang sebagai tantangan jangka pendek, yang diperkirakan akan teratasi seiring dengan membaiknya daya beli, dan pelanggan akan kembali mengonsumsi suplemen herbal secara rutin kembali," ujar manajemen.
Perbanyak portofolio produk
Di tengah tantangan pasar, SIDO terus memperluas portofolio produknya, seperti: Alang Sari Cool (produk RTD), Sido Muncul Vitamin C+D (produk VCD | RTD), dan Esemag (Herbal).
Bisnis RTD saat ini berkontribusi sebesar 4 persen terhadap segmen makanan minuman (F&B), didorong oleh respons positif pasar terhadap peluncuran Alang Sari Cool dan VCD pada November atau Desember tahun lalu.
Sedangkan, Esemag terus memperoleh pangsa pasar untuk kategori herbal digestion, dari 5 persen tahun lalu menjadi 6 persen pada bulan September, dan
menempati posisi #5 dalam kategori tersebut.