Jakarta, FORTUNE - Emiten Pertambangan Batu Bara, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mencatatkan penurunan kinerja sepanjang 2023. Laba bersih perusahaan milik pengusaha Low Tuck Kwong ini tergerus 43,15 persen pada 2023 seiring dengan turunnya penjualan batu bara perseroan.
Dikutip dari laporan keuangan perusahaan, pada tahun lalu BYAN mencatat penjualan US$3,578miliar atau sekitar Rp56,35 triliun (asumsi kurs Rp15.742 per dolar AS). Namun, capaian ini turun 23,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$4,70 miliar. Penurunan pendapatan ini sejalan dengan turunnya penjualan batu bara perseroan sebesar 28 persen, termasuk penjualan ekspor dan turunnya pendapatan segmen non batubara.
Penurunan pendapatan BYAN juga diperparah dengan meningkatnya beban pokok pendapatan 24,23 persen menjadi US$1,91 miliar. Pembengkakan beban ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi pengupasan tanah, biaya pertambangan dan pengangkutan batu bara, beban karyawan, beban pemeliharaan hingga meningkatnya biaya royalti atau iuran eksploitasi. Akibatnya, laba bruto perseroan tergerus 47,34 persen dari tahun sebelumnya menjadi hanya US$1,63 miliar.
Di sisi lain, laba sebelum pajak perseroan pun tertekan menjadi US$1,63 miliar dari yang sebelumnya US$2,94 sejalan dengan meningkatnya beban umum dan beban keuangan. Dengan kondisi ini, laba bersih perseroan pun akhir nya melemah 43,15 persen menjadi US$1,23 milar dibandingkan tahun sebelumnya US$2,17 miliar.
Proyeksi Kinerja 2024
Meski mengalami tantangan bisnis dan menyebabkan kinerja perseroan melemah pada tahun lalu, perseroan memproyeksikan sejumlah perbaikan kinerja tahun ini.
Mengutip presentasi perseroan kepada investor dalam situs resminya, pada 2024, Bayan Resources memproyeksikan volume penjualan yang dianggarkan meningkat sekitar 15 persen sampai dengan 20 persen menjadi 55 juta metrik ton sampai dengan 57 juga metrik ton.
Secara mendetail, proyeksi volume penjualan batubara BYAN di 2024 per kuartal dibagi menjadi sebagai berikut:
Kuartal I: 11-12 metrik ton.
Kuartal II: 12-13 metrik ton.
Kuartal III: 16-17 metrik ton.
Kuartal IV: 15-16 metrik ton.
"Kami memproyeksikan rata-rata harga referensi acuan Newcastle berada di level US$110 per metrik ton dan jenis ICI4 menjadi US$58 per metrik ton pada 2024," tulis manajemen dalam guidance-nya.
Sementara itu, perseroan pun memprediksi rata-rata harga penjualan (average selling price/ASP) akan berkisar di antara US$60-65 per metrik ton di tahun ini.
BYAN juga akan melanjutkan ekspansinya tahun ini dengan menganggarkan belanja modal sekitar US$230 juta-US$260 juta pada 2024. Sebanyak 74 persen dari belanja modal tahun ini dialokasikan untuk kebutuhan infrastruktur dan bangunan. Sementara itu, 13 persen akan digunakan untuk pos peralatan dan mesin, sedangkan 13 persen lainnya untuk peralatan lain.
Sementara dari segi cash cost per expense, BYAN akan menghabiskan 41 persen untuk kategori overburden dan pertambangan; 23 persen untuk transportasi, 13 persen royalti, 10 persen biaya SDM, 9 persen biaya lainnya, dan 4 persen pembelian batu bara.