Jakarta, FORTUNE – PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), bakal mendiversifikasi bisnisnya ke sektor penambangan batu bara metalurgi dan mineral emas, melalui dua anak usahanya, yaitu PT Daya Bumindo Karunia (DBK) dan PT Intam (INTAM). Ekspansi ini dilakukan seiring dengan potensi sumber daya batu bara metalurgi dan emas yang besar.
Meski sudah terdapat pemetaan sumber daya batu bara metalurgi potensial, faktanya Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan industri batu bara jenis ini. Oleh karenanya, penambangan batu bara metalurgi anak usaha perseroan yang berlokasi di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah tersendiri di sektor pertambangan dengan berperan menekan angka impor dan memperkuat kemandirian industri nasional.
Direktur Utama PT Petrindo Jaya Kreasi, Michael mengatakan perluasan cakupan usaha ini akan mendorong pertumbuhan bisnis yang positif bagi perseroan. "Hal ini juga sejalan dengan strategi bisnis kami yang berfokus memperkuat posisi daya saing Perseroan tidak hanya di sektor energi, tetapi juga di sektor industri, yaitu melalui penambangan batu bara metalurgi yang mampu menghasilkan kokas sebagai bahan baku utama dalam industri baja," katanya, dikutip dari keterbukaan informasi, Selasa (5/8).
Selain itu, lini bisnis baru ini juga akan berkontribusi memenuhi kebutuhan dalam negeri atas batu bara metalurgi serta mendukung subtitusi impor.
Lokasi wilayah pertambangan milik DBK dengan luas 14.800 hektar ini bersebelahan langsung dengan konsesi batu bara milik anak usaha perseroan lainnya, yaitu PT Bara International (BI), sehingga kedua anak usaha tersebut dapat memanfaatkan infrastruktur dan akses jalan yang sama untuk mengoptimalkan efisiensi operasional. Berdasarkan informasi yang dikompilasi oleh pihak ketiga independen pada 2011 dengan menggunakan kaidah-kaidah JORC 2004, DBK mencatatkan sumber daya batu bara (tereka, tertunjuk, terukur) sebesar 226,1 juta ton, dengan cadangan (terkira & terbukti) batu bara sebesar 99,5 juta ton.
Michael menambahkan, Perseroan akan melakukan pembaharuan cadangan dan sumber daya milik DBK, melaksanakan kegiatan eksplorasi lanjutan, serta penambangan batubara sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang disetujui oleh Pemerintah.
Diversifikasi tambang emas
Tak hanya batu bara, Perseroan melihat potensi mineral emas sebagai salah satu komoditas pertambangan penting bernilai tinggi. Oleh karenanya, Perseroan memasuki bisnis ini melalui anak usahanya, INTAM, yang memiliki wilayah konsesi pertambangan emas seluas 18.500 hektar di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Lokasi ini akan bersebelahan dengan dua konsesi emas lainnya di Sumbawa.
“Diversifikasi usaha melalui penambangan emas ini merupakan bentuk transformasi perusahaan dalam memperkuat portofolio untuk bisnis yang lebih berkelanjutan. Melalui INTAM, Perseroan berharap dapat memberikan peningkatan kinerja yang substansial sehingga mampu berkontribusi memberikan nilai yang lebih baik bagi Pemegang Saham, perekonomian Indonesia, dan juga masyarakat sekitar,” lanjut Michael.
Menyusul dicabutnya 2.078 Izin Usaha Pertambangan (IUP) oleh Pemerintah melalui Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM) di awal tahun 2022, Perseroan merespons positif keputusan Pemerintah untuk melakukan pembatalan atas pencabutan beberapa IUP, termasuk IUP milik dua anak usaha Perseroan, yaitu DBK dan INTAM.
Setelah melakukan penelaahan, audiensi, penyampaian laporan serta pemenuhan seluruh kelengkapan administratif yang disyaratkan, maka BKPM membatalkan pencabutan IUP DBK dan INTAM, sehingga kedua anak usaha Perseroan tersebut dapat Kembali melanjutkan seluruh kegiatan operasional penambangan dan produksi di wilayah kerja miliknya. Saat ini, DBK dan INTAM tengah menyelesaikan proses administrasi tahap akhir yang dibutuhkan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk pembatalan pencabutan IUP
tersebut.
Sepanjang semester I 2023, CUAN meraih pendapatan Rp1,04 triliun, melesat 70 persen dibandingkan Rp601,93 miliar di periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, perseroan juga mencatat laba bersih Rp169,35 miliar, tumbuh 14 persen dari Rp147,97 miliar di periode yang sama tahun lalu.