Rugi Emiten Ritel Grup Lippo (MPPA) Membengkak Jadi Rp430 M di 2022

Hingga akhir 2022, MPPA mengoperasikan 196 gerai.

Rugi Emiten Ritel Grup Lippo (MPPA) Membengkak Jadi Rp430 M di 2022
dok. Matahari Putra Prima
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahan ritel milik grup Lippo, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), mencatat rugi bersih Rp429,63 miliar pada 2022. Jumlah kerugian tersebut meningkat 27,2 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya seiring meningkatnya beban operasional. 

Mengutip laporan keuangan MPPA, sepanjang tahun 2022 perusahaan membukukan kenaikan penjualan sebesar 5,4 persen menjadi Rp7,01 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar Rp6,65 triliun.

"Kenaikan penjualan disebabkan karena adanya peningkatan daya beli konsumen serta dihentikannya status PPKM oleh pemerintah yang memberikan dampak pada peningkatan kunjungan konsumen," tulis manajemen dalam materi public expose dikutip, Senin (6/3).

Di sisi lain, perusahaan mencatat laba bruto Rp1,28 trilun meningkat 7 persen sepanjang tahun 2022 dibandingkan tahun 2021 mencapai Rp1,19 triliun dikarenakan adanya peningkatan penjualan.

Meski begitu, seiring dilakukannya penyesuaian pada perhitungan imbalan paska kerja dan peningkatan beban operasional 15 persen yang disebabkan biaya sewa yang sudah memasuki periode normal, menyebabkan perseroan membukukan rugi usaha Rp210 miliar. Jumlah tersebut naik tajam 208 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp68 miliar.

Di lain pihak, meningkatnya beban pajak perseroan turut menyebabkan kerugian perseroan semakin meningkat hingga akhirnya mencatat rugi bersih Rp429,63 miliar sepanjang 2022. 

Tantangan usaha di 2023

Manajemen mengungkapkan terdapat sejumlah peluang dan tantangan bisnis ritel pada tahun ini. Peluang bisnis tercermin dari sejumlah kondisi makro ekonomi seperti mulai meningkatnya aktivitas bisnis, harga komoditas yang mulai menurun dan rating investasi yang stabil.

Sedangkan tantangannya, datang dari resesi yang terjadi di Amerika Serikat (AS), tensi geopolitik dan disrupsi rantai pasokan serta tekanan inflasi yang masih tinggi. 

Dengan kondisi ini, MPPA memasang sejumlah strategi, seperti melakukan pendekatan pada proposisi nilai konsumen dengan menyediakan produk Fresh sehari-hari dan kebutuhan keluarga dengan harga yang terjangkau.

"Perseroan akan terus melakukan perbaikan dalam sisi keuangan melalui beberapa pendekatan berupa efisiensi dan efektifitas baik secara produk maupun pembiayaan
lain," tulis manajemen. 

Hingga akhir tahun lalu, secara total MPPA mengoperasikan 196 gerai. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 200 gerai sebagai dampak dari strategi efisiensi perusahaan.

Dari 196 gerai yang beroperasi, sebanyak 100 di antaranya merupakan gerai Hypermarket, 13 gerai Foodmart Supermarket, 7 gerai Primo Supermarket, 13 gerai Hyfresh Supermarket, 51 Boston Heath and Beauty, serta 12 gerai FMX. Hypermart masih menjadi bisnis inti MPPA dengan kontribusinya 85,7 persen terhadap total pendapatan tahun lalu.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil