Tambah Unit Bisnis Kendaraan Listrik, ASII Minta Restu Pemegang Saham

Ada 11 kegiatan usaha ditambah ASII untuk pengembangan EV.

Tambah Unit Bisnis Kendaraan Listrik, ASII Minta Restu Pemegang Saham
ilustrasi astra group (dok.astra.co.id)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • PT Astra International Tbk (ASII) menambah 11 kegiatan usaha baru untuk pengembangan ekosistem bisnis kendaraan listrik.
  • Kantor Jasa Penilai Publik Suwendho Rinaldy dan Rekan (KJPP SRR) menyatakan rencana Penambahan Kegiatan Usaha ASII layak dengan NPV sebesar Rp 49,83 miliar, IRR 39.61%, dan payback period 5 tahun 5 bulan.
  • Laba usaha Perseroan diperkirakan akan meningkat antara 0,001-0,024 persen, sementara laba bersih diperkirakan meningkat antara 0,001-0,017 persen akibat pendapatan tambahan dari rencana penambahan kegiatan usaha.

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan konglomerasi, PT Astra International Tbk (ASII) bencana menambah unit usaha baru untuk pengembangan ekosistem Bisnis Kendaraan Listrik. Total, terdapat 11 kegiatan usaha baru yang akan ditambah mulai dari industri baterai kendaraan listrik, reparasi baterai hingga penjualan tenaga listrik. 

Dikutip dari laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), alasan ASII masuk ke bisnis ini untuk mendukung transisi elektrifikasi di industri otomotif, dengan komitmen untuk menawarkan produk-produk elektrik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, dengan tujuan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Saat ini, Perseroan menjual 6 model mobil battery electric (BEV) dan 13 model mobil hybrid electric (HEV) di Indonesia, di bawah merek Toyota, Lexus dan BMW. Perseroan juga menjual sepeda motor listrik EM1 e, di bawah merek Honda.

"Untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listriknya, Perseroan berencana menjalankan usaha tambahan berupa penyediaan jasa Electric Vehicle (EV) charging station, EV swap battery station, reparasi baterai EV, pengumpulan baterai EV dan aktivitas penunjang lainnya," tulis manajemen dikutip dalam keterangannya, Jumat (22/3).

Dampak Penambahan Bisnis

Perseroan telah menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik Suwendho Rinaldy dan Rekan (KJPP SRR), sebagai penilai independen untuk melakukan studi kelayakan atas rencana Penambahan Kegiatan Usaha Perseroan.

Berdasarkan hasil analisa atas seluruh data, SRR berpendapat bahwa rencana Penambahan Kegiatan Usaha ASII adalah layak. Hal ini dapat dilihat dari nilai kriteria investasi, yaitu NPV sebesar Rp 49,83 miliar yang diperhitungkan selama masa proyeksi, IRR sebesar 39.61 persen dan payback period selama 5 tahun 5 bulan.

Sedangkan menurut Astra, dengan dijalankannya rencana penambahan kegiatan usaha ini, laba usaha Perseroan diperkirakan mengalami peningkatan antara 0,001 persen hingga 0,024 persen.

Sementara laba bersih Perseroan diperkirakan meningkat 0,001 persen hingga 0,017 persen karena adanya pendapatan tambahan dari rencana penambahan kegiatan usaha.

Untuk memuluskan rencana penambahan kegiatan usaha ini, Perseroan akan menyelenggarakan RUPST 2024 untuk antara lain memperoleh persetujuan pemegang Saham. Adapun, RUPST 2024 tersebut akan diadakan 30 April 2024.

Usai rencana ekspansi itu diumumkan, hingga pukul 10.16 WIB saham ASII menguat 0,47 persen ke posisi 5.375 per saham. Adapun, dalam sepekan atau lima hari perdagangan, saham perusahaan konglomerasi itu telah naik 2,88 persen.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya