Tekan Beban, Unilever Spin Off Bisnis Es Krim dan PHK 7.500 Karyawan

Spin-off akan menaikkan penjualan secara moderat dan margin.

Tekan Beban, Unilever Spin Off Bisnis Es Krim dan PHK 7.500 Karyawan
logo unilever (unilever.com)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Unilever Plc akan memisahkan bisnis es krimnya untuk menekan biaya dan menghasilkan pertumbuhan penjualan dasar sebesar satu digit.
  • Perusahaan berencana melakukan program penghematan biaya sekitar 800 juta euro dalam tiga tahun ke depan dengan dampak PHK pada sekitar 7.500 pekerjaan secara global.
  • Investor merespons positif rencana pemisahan tersebut, menyebabkan saham Unilever naik hampir 6 persen, meskipun telah mengalami penurunan kinerja selama setahun terakhir.

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan barang konsumsi, Unilever Plc berencana melakukan pemishan bisnis (spin off) unit es krim yang terkenal dengan beberapa mereknya seperti Magnum dan Ben & Jerry's. Upaya ini diperkirakan akan menyebabkan pengurangan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) 7.500 karyawan sebagai salah satu siasat menekan biaya. 

Namun, rencana tersebut justru direspons positif oleh investor, sehingga menyebabkan saham Unilever naik hampir 6 persen. Perusahaan yang terdaftar dan diperdagangkan di Bursa Efek London itu mengatakan, Spin-Off ini akan segera dilakukan dan diharapkan selesai pada akhir 2025.

Dilansir dari Reuters, CEO Unilever, Hein Schumacher mengatakan, bisnis es krim itu dalam proses perpindahan dan terpisah dari kantor pusat di Amsterdam. Namun, ia "terbuka terhadap pilihan" mengenai di mana bisnis tersebut dapat didaftarkan.

Rencana tersebut disambut baik oleh aktivis investor dan anggota dewan dana Nelson Peltz dan pemegang saham Unilever Aviva.

Unilever mengatakan, aksi korporasi ini diharapkan mampu menghasilkan pertumbuhan penjualan dasar sebesar satu digit dan sedikit peningkatan margin pasca-pemisahan. Bisnis es krim saat ini menyumbang sekitar 16 persen terhadap penjualan global Unilever, dan di beberapa negara menyumbang sepertiga atau sekitar 40 persen.


 

Pengurangan beban dan karyawan

Unilever Plc juga melakukan program penghematan biaya sekitar 800 juta euro (US$869 juta) dalam tiga tahun ke depan. Perubahan yang diusulkan akan berdampak pada sekitar 7.500 pekerjaan secara global, sebagian besar berbasis kantor, dengan total biaya restrukturisasi diperkirakan sekitar 1,2 persen dari total omzet selama periode tersebut.

PHK ini akan berdampak pada sekitar 5,9 persen karyawan Unilever yang berjumlah sekitar 128.000 orang. “Kami mencari di seluruh organisasi, jadi di kantor pusat kami, pusat perusahaan, serta di titik koordinasi kelompok bisnis, serta di unit bisnis di negara-negara lain,” kata Schumacher tanpa merinci wilayah mana yang akan terkena dampak paling parah akibat PHK.

Langkah ini merupakan pernyataan besar dari Schumacher, yang ditunjuk sebagai CEO pada Juli lalu dan menyusun rencana bisnis untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor dan menyederhanakan bisnis Unilever setelah mencatat kinerja buruk dalam beberapa tahun terakhir. 

CEO sebelumnya, Alan Jope, dikritik karena membiarkan portofolio merek grup tersebut tumbuh hingga sekitar 400, membuat manajemen teralihkan dari yang semula berkinerja baik.

Volatilitas bisnis

Penurunan kinerja Unilever menarik perhatian investor aktivis miliarder Peltz, yang duduk di kursi dewan direksi Unilever pada 2022 melalui sarana investasi Trian miliknya.

“Nelson Peltz berharap dapat terus bekerja sama dengan anggota Dewan Unilever lainnya seiring inisiatif yang perusahaan lakukan untuk meningkatkan nilai jangka panjang bagi pemangku kepentingan,” kata Trian dalam sebuah pernyataan.

Saham Unilever melonjak hampir 6 persen pada awal perdagangan Selasa (19/3) dan naik 3 persen pada 11.00 GMT. Adapun, dalam setahun terakhir sahamnya turun 5,8 persen. 

“(Es krim) merupakan bisnis yang bergejolak dan juga bersifat dilutif dari sudut pandang margin, jadi menurut kami secara strategis hal ini masuk akal,” kata Richard Saldanha, manajer portofolio di Aviva, yang merupakan pemegang saham terbesar ke-17 Unilever dengan kepemilikan 0,5 persen.

Pada Oktober lalu, Schumacher mengatakan perusahaannya akan fokus pada 30 merek utama yang menyumbang 70 persen dari penjualannya, berupaya meningkatkan margin kotor dengan tidak melakukan akuisisi besar atau transformasional.

Schumacher mengatakan kepada Reuters bulan lalu bahwa dia tidak menampik adanya perampingan tenaga kerja Unilever.

“Kami punya agenda besar,” kata Schumacher. "Ini akan menjadi periode yang sangat sibuk selama sekitar 18 bulan ke depan."

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024