Jakarta, FORTUNE - Emiten semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat penurunan laba bersih di semester I 2024. Penurunan kinerja ini sejalan meningkatnya komponen beban, baik dari bahan baku, energi hingga bunga bank pasca akuisisi PT Semen Grobogan.
Pada enam bukan pertama 2024, Indocement membukukan total volume penjualan (semen dan clinker) 9.032 ribu ton atau lebih tinggi 8 persen dibandingkan semester I tahun lalu. Secara keseluruhan volume penjualan semen domestik tercatat sebesar 8.869 ribu ton, lebih tinggi 10 persen terutama dari tambahan volume PT Semen Grobogan.
“Hal ini mengakibatkan pangsa pasar domestik (semen saja, mengacu pada data Asosiasi Semen Indonesia/ASI) menjadi 29,4 persen dengan Jawa 37,7 persen dan luar Jawa 20,5 persen,” kata manajemen perusahaan dalam keterangan tertulis dikutip, Selasa (6/8).
Bila ditambah dengan penjualan ekspor sebesar 163 ribu ton, pendapatan bersih perseroan mencapai Rp8,12 triliun, naik tipis 1,9 persen secara tahunan.
INTP juga mencatat peningkatan signifikan pada komposisi produk semen curah dari 25,4 persen pada semester I tahun lalu menjadi 30,6 persen pada semester I 2024 dampak dari peningkatan pasokan ke ibu kota baru (IKN) dan percepatan proyek infrastruktur lainnya.
Kenaikan beban
Seiring meningkatnya volume penjualan, beban pokok pendapatan meningkat 5,2 persen, menyusul meningkatnya volume penjualan. Hal ini menyebabkan laba bruto dan margin laba bruto perseroan tertekan.
INTP mencatat laba bruto Rp2,29 triliun di semester I 2024 lebih rendah dibanding Rp2,43 triliun di periode yang sam tahun lalu. Sementara menjadi 28,3 persen di semester I 2024, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 30,5 persen.
Di sisi lain, beban usaha INTP juga tercatat meningkat 8,8 persen sejalan dengan naiknya volume penjualan dan biaya lainnya dari perluasan operasi Semen Grobogan.
“Perseroan mulai menaikkan harga semen kantong sekitar 1–2 persen pada Juni sebagai langkah pertama untuk saat ini, meskipun itu hanya cukup untuk menutupi biaya input yang lebih tinggi dari kenaikan nilai tukar dolar AS,” kata manajemen.
Perseroan juga mencatat penurunan pendapatan keuangan sebesar -Rp45,4 miliar yang disebabkan oleh beban bunga dari utang yang dikeluarkan untuk akuisisi PT Semen Grobogan. Dengan naiknya beban, laba bersih INTP pun akhirnya tertekan 37,8 persen menjadi Rp434,7 miliar di semester I 2024.
Prospek semester II
Memasuki semester II 2024, manajemen Indocement menyebut, industri amsih akan terpengaruh sejumlah tantangan. Pelemahan daya beli masyarakat dapat terus menekan permintaan terhadap produk semen kantong termasuk dampak dari pemilihan umum daerah pada November.
Namun, musim kemarau dan lebih sedikit hari libur pada semester 2 akan berdampak positif terhadap keseluruhan aktivitas konstruksi.
Produk semen curah diperkirakan akan terus tumbuh dari pembangunan ibu kota baru dan percepatan proyek infrastruktur utama saat ini.
“Kami mempertahankan pandangan optimis untuk industri semen pada semester 2 dan memperkirakan volume akan tumbuh 2–3 persen untuk keseluruhan di 2024,” ujar manajemen.