Jakarta, FORTUNE - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menargetkan volume produksi batu bara thermal pada tahun mendatang tetap stabil, dibandingkan pencapaian tahun ini. Meskipun demikian, ADRO akan terus mengoptimalkan kapasitas produksi melalui anak perusahaannya, yaitu PT Adaro Indonesia.
Direktur Adaro Indonesia, Hendri Tan mengatakan dalam menetapkan target produksi, ADRO mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk dinamika pasar dan harga batubara global, menjaga tingkat cadangan, dan mendapatkan persetujuan dari pemerintah.
"Produksi flat untuk memastikan menjaga cadangan batu bara dan untuk memenuhi suplai pembangkit listrik," kata Hendri saat ditemui di Jakarta, Rabu (13/12).
Meski demikian, Hendri belum bisa memerinci angka target produksi batu bara thermal ADRO dikarenakan masih menunggu persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
Hingga September 2023, volume produksi batubara ADRO naik 12 persen menjadi 50,73 juta ton. Capaian ini masih sejalan dengan target volume penjualan yang dipatok sebesar 62 juta hingga 64 juta ton sepanjang 2023.
Proyeksi harga batu bara
Hendri mengatakan, tahun ini harga batu bara global diproyeksikan melandai. Namun, mulai terleihat adanya tren kenaikan pada kuartal IV-2023, sejalan dengan meningkatnya permintaan. Dengan begitu, posisi harga batu bara saat ini masih bisa menopang kinerja ADRO.
"Secara keseluruhan masih di level yang sehat bagi perusahaan untuk bisa perform. Kami syukuri batubara secara fundamental masih baik," ujar Hendri.
Meski produksi batu bara thermal berpotensi stagnan, tapi ADRO bakal tetap memacu produksi batu bara metalurgi (coking coal) lewat anak usahanya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Langkah itu dilakukan untuk mengejar peningkatan produksi demi mencapai target 6 juta ton pada 2025, naik dibandingkan target saat ini yang ada di sekitar 4,3 juta ton.
Peningkatan produksi batu bara metalurgi ini sejalan dengan strategi memacu kontribusi pendapatan dari luar bisnis batu bara thermal. Secara grup, ADRO menargetkan pendapatan dari non-batubara thermal bisa mencapai sekitar 50 persen pada tahun 2030.
Tambah portofolio bisnis perusahaan
Selain meningkatkan produksi batu bara metalurgi, ADRO juga mempercepat pengembangan proyek mineral dan energi baru terbarukan (EBT) guna mencapai tujuan tersebut. Salah satu proyek besar yang sedang dikerjakan adalah pembangunan smelter aluminium melalui ADMR.
Proyek hilirisasi ini akan dilaksanakan dalam tiga fase, dengan kapasitas produksi yang berpotensi mencapai 1,5 juta ton. Pada fase awal, proyek smelter aluminium ini dijadwalkan akan selesai pada tahun 2025 dengan kapasitas produksi sebesar 500 ribu ton aluminium per tahun.
"Cita-cita kami pada 2030 pendapatan dari non-coal related bisa memberikan sumbangsih sekitar 50 persen. Bukan berarti secara nominal kontribusi dari batubara (thermal) turun, tapi karena ekspansi proyek dan produk yang kami kerjakan sudah mulai memberikan imbal hasil," tutur Direktur Adaro Minerals, Wito Krisnahadi.