Jakarta, FORTUNE - Emiten produsen air minum dalam kemasan (AMDK) milik Hermanto Tanoko, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), menyiapkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp300 miliar pada 2023. CLEO akan memanfaatkan dana tersebut untuk melanjutkan ekspansi pabrik, jaringan distribusi, dan pembelian mesin baru sehingga mengerek penjualan.
Wakil Direktur Utama Sariguna Primatirta, Melisa Patricia, mengatakan CLEO sedang membangun pabrik baru di Lampung dan Manado yang diharapkan mulai beroperasi pada 2024. Tahun ini perusahaan tersebut menargetkan pertumbuhan penjualan 30 persen.
“Pengembangan jaringan distribusi dan pembangunan pabrik baru merupakan langkah ekspansi CLEO yang saling terkait dan berkesinambungan,” kata dia dalam keterangannya, Selasa (14/3).
Dia optimistis kinerja tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu karena pemerintah telah mencabut aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir 2022.
Dengan pelonggaran aktivitas, kata Melisa, kebutuhan air minum masyarakat bakal meningkat. Oleh karena itu, CLEO terus menambah pabrik dan jaringan distribusi untuk lebih mendekatkan diri dengan konsumen di seluruh Indonesia.
Mayoritas layanan pemasaran produk CLEO hingga saat ini masih berpusat di Jawa. Itu membuat CLEO tiap tahun selalu membangun pabrik baru dan memperluas jaringan distribusinya di luar Jawa, seperti melalui pembangunan pabrik di Lampung dan Manado yang tengah dikerjakan.
Saat ini CLEO telah memiliki 27 pabrik pengolahan AMDK dengan jaringan distribusi yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.
Kinerja CLEO pada kuartal III-2022
CLEO hingga hari ini belum merilis kinerja penuh 2022. Namun, berdasarkan laporan keuangan per September 2022, penjualan CLEO naik 26,35 persen secara tahunan dari Rp802,94 miliar pada sembilan bulan pertama 2021 menjadi Rp1,01 triliun per September 2022.
Penjualan CLEO terutama ditopang oleh kenaikan penjualan minuman botol yang tumbuh 55,28 persen yoy dari Rp320,65 miliar menjadi Rp497,95 miliar. Sementara itu, penjualan minuman nonbotol naik 8,14 persen pada periode yang sama dari Rp463,38 miliar menjadi Rp501,11 miliar.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan produsen air minum merek Cleo ini juga ikut naik 35,84 persen menjadi Rp621,04 miliar dari sebelumnya Rp457,17 miliar.
Peningkatan terutama disumbang oleh naiknya beban bahan baku yang digunakan dari Rp247,48 miliar menjadi Rp340,20 miliar atau naik 37,46 persen secara tahunan.
CLEO tetap mampu membukukan kenaikan laba tahun berjalan 10,50 persen yoy dari Rp136,59 miliar menjadi Rp150,94 miliar.