Jakarta, FORTUNE - Emiten pertambangan, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), membukukan laba bersih US$465 juta pada 2023 dengan margin 23 persen.
Namun, jika mempertimbangkan dampak kewajiban bagi hasil 10 persen, maka laba bersih menjadi US$259 juta dengan margin 13 persen.
Capaian tersebut turun 54,36 persen jika dibandingkan dengan 2022 yang sebesar US$1,09 miliar.
Presiden Direktur AMMN, Alexander Ramlie, mengatakan ada beberapa faktor yang secara signifikan mempengaruhi laba bersih 2023.
Pertama, penurunan penjualan yang menyebabkan profitabilitas lebih rendah dan biaya depresiasi dan amortisasi yang lebih tinggi.
Selain itu, adanya kenaikan bea ekspor menjadi 10 persen dibandingkan aturan sebelumnya dengan 0 persen, serta kewajiban bagi hasil (IUPK PNBP) sebesar 10 persen dari total laba bersih setelah pajak penghasilan perusahaan berdasarkan laporan keuangan setiap tahun yang telah diaudit.
"Pada tahun 2023, perseroan menghadapi berbagai tantangan, seperti cuaca buruk, perubahan peraturan yang berdampak negatif, dan peningkatan biaya kepatuhan," kata Alexander dalam keterangan resminya, Rabu (27/3).
Penjualan AMMN pada 2023 disumbang oleh tembaga sebesar US$1,14 miliar dan penjualan emas sebesar US$885,45 juta.
Masing-masing penjualan turun dari realisasi 2022 yang bernilai US$1,60 miliar dan US$1,22 miliar.
Hal ini terutama disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi (Oktober 2022 hingga April 2023), yang memaksa perusahaan untuk memproses bijih kadar rendah dari stockpiles, sehingga menghasilkan penjualan tembaga 33 persen lebih rendah dan emas 35 persen lebih rendah
Namun, terdapat perimbanan pada kenaikan rata-rata harga jual tembaga dan emas masing-masing sebesar 6 persen dan 12 persen.
Berusaha menjaga produksi di tengah terpaan cuaca buruk
Menurutnya, kuartal terakhir merupakan periode kinerja terkuat 2023 ketika perusahaan memproduksi 198.000 metrik ton kering konsentrat tembaga, mewakili 36 persen dari produksi total 2023.
Selain efisiensi operasional, penurunan harga solar menyebabkan penurunan biaya unit penambangan sebesar 2 persen secara tahunan dari US$2.28/ton menjadi US$2.23/ton.
"Namun, tahun 2023 berjalan bukan tanpa kesulitan. Kami harus menghadapi kondisi cuaca buruk dan kerumitan operasional akibat curah hujan yang memecahkan rekor, sehingga membatasi produksi," ujar Alexander.
Meskipun berhasil mengeringkan dasar lubang tambang dengan lebih cepat, tujuh bulan pertama terjadi akumulasi lumpur yang signifikan akibat tingginya debit air di dasar lubang tambang, yang berdampak pada kualitas, volume, dan stabilitas bijih yang dikirim ke pabrik konsentrator.
"Tantangan lainnya adalah tertundanya izin impor ban (haul truck 793C) sehingga mengakibatkan terhentinya operasional yang tidak direncanakan dari bulan Desember hingga Januari," katanya.
Alokasi belanja modal Amman Mineral
Total belanja modal AMMN pada 2023 adalah US$1.520 juta, naik 118 persen dibandingkan dengan 2022.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh proyek-proyek ekspansi, seperti sustaining capex sebesar US$415 juta, belanja modal smelter sebesar US$386 juta, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), fasilitas liquified natural gas (LNG), serta fasilitas transmisi dan distribusi sebesar US$158 juta; dan ekspansi pabrik konsentrator sebesar US$561 juta.
AMMAN wajib menyelesaikan mekanis smelter tembaga dan PMR pada akhir Mei 2024.