ETF Kripto Hong Kong Tak Semenarik Milik AS, Kenapa?

Hong Kong ikuti jejak AS rilis produk ETF untuk kripto.

ETF Kripto Hong Kong Tak Semenarik Milik AS, Kenapa?
Ilustrasi aset kripto. Shutterstock/Chinnapong
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong (SFC) memberikan persetujuan untuk tiga produk ETF Bitcoin dan Ethereum.
  • Produk ETF kripto di Hong Kong membawa angin segar ke Cina, namun investor Cina masih harus berpikir ulang karena akses terbatas.
  • ETF Ether spot Hong Kong menjadi pertama di dunia dan dapat menjadi studi kasus bagi pasar modal lain.

Jakarta, FORTUNE - Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong (SFC) telah memberikan persetujuan untuk tiga produk ETF yang diperdagangkan di bursa Bitcoin dan Ethereum.

Setelah otorisasi memberikan syarat agar terdaftar secara resmi, manajer aset yang ingin menerbitkan produk ETF kripto agar mengajukan permohonan ke Bursa dan Kliring Hong Kong.

Fortune.com melansir, Selasa (16/4), bahwa pada tahap awal produk yang memenuhi persyaratan dan ketentuan telah diberikan kepada Harvest Global Investments dan kemitraan antara HashKey Capital dan Bosera Asset Management.

Unit China Asset Management di Hong Kong juga mengumumkan bahwa mereka telah menerima persetujuan dari SFC untuk menyediakan layanan manajemen aset virtual dan mengalokasikan sumber daya untuk mengembangkan produk.

Dalam pernyataan terpisah, OSL Digital Securities mengatakan akan menyediakan layanan kustodian untuk produk tersebut.

Sejak persetujuan 10 ETF Bitcoin spot AS pada 11 Januari, produk tersebut terbilang sukses, dengan lebih dari US$56,2 miliar aset kelolaan, dan menjadi katalis positif bagi Bitcoin untuk menguat ke level tertinggi sepanjang masa pada US$73,737.94 Maret lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, dua ETF Bitcoin terkemuka, IBIT BlackRock dan FBTC Fidelity, termasuk di antara 0,1 persen yang terbaik dari sekitar 5,500 ETF yang telah diluncurkan dalam 30 tahun terakhir.

Para ahli mengatakan kepada Fortune mengenai ETF kripto di Hong Kong membawa angin segar ke Cina, sebab negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini masih melarang semua transaksi menggunakan kripto sejak September 2021.

Selain itu, sebagai akibat dari stagnasi pasar ekuitas di Cina, sejumlah besar uang mengalir ke ekuitas luar negeri. Arus masuk ke 33 ETF dalam negeri yang mengikuti benchmark asing mencapai US$2 miliar pada Januari.

Namun, jika ETF kripto Hong Kong yang baru ini akan segera dibanjiri oleh investor Cina karena ingin mencari alternatif terhadap pelarangan kripto, dan aliran dana dari pasar saham domestik, maka mereka masih perlu untuk berpikir ulang.

“Banyak orang yang mengandalkan penduduk lokal Cina yang kaya, namun, secara resmi, Anda tidak dapat membeli ETF ini jika Anda adalah investor Cina daratan karena tidak mempunyai akses,” kata analis ETF senior Bloomberg, Eric Balchunas.

Sedangkan untuk ETF Amerika Serikat, orang asing juga tidak mempunyai akses.

Masih diramaikan oleh investor ritel

Balchunas melihat sebagian besar yang meramaikan pasar ini adalah investor ritel domestik, yang berarti arus masuk kemungkinan tidak akan sebesar yang ada di pasar Amerika.

Jika dilihat secara nilai, ETF Hong Kong masih sekitar US$50 miliar, sedangkan pasar AS telah mencapai US$8,87 triliun hingga akhir kuartal pertama 2024.

Sementara itu, Kepala pengembangan bisnis Keyrock untuk Asia–Pacific, Justin d'Anethan, mengatakan ETF Ether spot Hong Kong yang menjadi pertama di dunia dapat menjadi percontohan untuk menjadi studi kasus bagi pasar modal lain.

“SFC ingin mengambil langkah lebih jauh, mengungguli rekan-rekan mereka di AS, dengan memberikan akses ke mata uang kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar. Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana hal ini diterima—bagaimana tepatnya hal ini akan disusun dan dirasakan oleh investor dalam kaitannya dengan kemungkinan pertaruhan,” ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024