Jakarta, FORTUNE - Pemilik waralaba KFC di Indonesia, PT FAST Food Indonesia Tbk. (FAST), menghadapi tantangan keuangan yang semakin berat.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis per 30 September 2024, pendapatan FAST tertekan hingga 22,34 persen secara tahunan menjadi Rp3,58 triliun. Kondisi ini juga dibarengi dengan membengkaknya kerugian bersih perseroan yang mencapai Rp557 miliar, atau meningkat sebesar 266,45 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Selain itu, FAST juga melaporkan adanya penyusutan jumlah gerai KFC yang beroperasi. Pada 31 Desember 2023, FAST mengelola 762 gerai, namun hingga September 2024, jumlah ini turun menjadi 715 gerai. Alhasil, jumlah karyawan grup juga ikut berkurang, dari 15.989 pada 31 Desember 2023 menjadi 13.715 pada 30 September 204.
Penurunan ini menunjukkan dampak besar dari situasi bisnis yang kurang menguntungkan, terutama dalam pemulihan bisnis pascapandemi.
Manajemen FAST mengungkapkan bahwa kerugian yang berkelanjutan ini tidak lepas dari dua faktor utama. Pertama, penjualan belum mencapai target pemulihan yang diharapkan sejak pandemi COVID-19. Kedua, kondisi pasar semakin tertekan akibat dampak krisis Timur Tengah yang memperburuk prospek ekonomi global.
“Dua masalah ini telah berdampak negatif terhadap hasil grup untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024,” demikian manajemen dikutip pada Jumat (8/11).
Upaya FAST untuk memperbaiki kinerja
Demi menghadapi tekanan finansial yang kian membebani, manajemen PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) telah mengambil sejumlah langkah strategis mengurangi kerugian dan memastikan keberlangsungan operasionalnya.
Langkah pertama yang diambil adalah mengurangi pengeluaran. FAST menunda beberapa proyek modal yang tidak mendesak dan hanya memfokuskan anggaran pada kebutuhan operasional yang esensial. Langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas keuangan perusahaan di tengah tekanan ekonomi yang semakin besar.
Selanjutnya, manajemen FAST mengoptimalkan penggunaan restoran secara lebih efektif. Upaya ini bertujuan menekan biaya tetap yang harus dikeluarkan sehingga perusahaan bisa mencapai efisiensi yang lebih baik dan skala ekonomi yang menguntungkan.
Manajemen juga memastikan hubungan baik dengan para kreditur tetap terjaga. Dengan menjaga komunikasi dan kerja sama yang solid, perusahaan berharap tetap dapat memanfaatkan fasilitas kredit yang ada untuk mendukung operasional sehari-hari.
Selain itu, pengelolaan modal kerja juga mendapat perhatian utama. FAST menerapkan manajemen modal kerja yang lebih efisien agar dapat memastikan kelancaran operasional, termasuk melalui penanganan persediaan yang lebih optimal.
Strategi berikutnya adalah mengoptimalkan arus kas. Manajemen berupaya meningkatkan kesehatan arus kas perusahaan dengan memperbaiki sistem manajemen persediaan dan mencari opsi pembiayaan yang lebih fleksibel demi mengurangi tekanan finansial.
Sebagai langkah terakhir, jika situasi semakin menekan, FAST siap untuk menjual aset non-inti atau aset yang kurang berkontribusi terhadap performa perusahaan.
Meskipun kondisi bisnis saat ini penuh ketidakpastian, manajemen FAST yakin bahwa serangkaian langkah ini mampu meredam dampak negatif dari tantangan yang dihadapi.