Jakarta, FORTUNE - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan pendapatan usaha US$3,54 miliar sepanjang semester I-2022. Angka itu melesat hampir 127 persen dari periode sama tahun lalu yang raihannya US$1,56 miliar.
Akan hal laba periode berjalan, perusahaan mencatatkan US$1,34 miliar atau meroket 610 persen dari semester I-2021 yang sebanyak US$189,29 juta.
“Semester pertama 2022 adalah semester yang sangat kondusif untuk harga, sehingga mendorong pendapatan menyentuh rekor-rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan,” kata Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir, dalam keterangannya, Selasa (30/8).
Bos batu bara yang biasa disapa Boy itu mengatakan ada faktor lain yang menyebabkan kinerja perusahaan mencatatkan rekor. Mulai dari peningkatan permintaan karena cuaca yang tidak menentu, sampai kelangkaan pasokan yang belum juga teratasi. Hal ini akibat masalah pengadaan alat berat dan cuaca buruk di wilayah-wilayah pertambangan secara global. Lebih lanjut, dampak terbesar datang dari isu geopolitis dari Eropa.
Beban pokok pendapatan Adaro pada semester I-2022 mencapai US$1,52 miliar, naik dari semester I-2021 yang sebesar US$1,06 miliar.
Beban usaha pada semester I-2022 juga naik 66 persen secara tahunan menjadi US$143 juta. Hal ini karena perusahaan mencatat kenaikan 215 persen pada beban komisi penjualan. Kenaikan pada beban komisi penjualan berkontribusi terhadap 50 persen kenaikan beban usaha dalam setahun (yoy) dan disebabkan oleh kenaikan harga batu bara pada periode ini.
Setoran Adaro ke pemerintah naik
Royalti yang dibayarkan kepada pemerintah dengan beban pajak penghasilan pada periode ini juga ikut naik 315 persen menjadi US$1.207 juta dari US$291 juta.
Naiknya setoran ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari batu bara berkat kenaikan harga jual rata-rata batu bara.Mengenai royalti, PKP2B Adaro Indonesia akan jatuh tempo dan bertransisi menjadi IUPK saat memasuki 2023.
Menurut ketentuan IUPK, royalti yang dibayarkan Adaro Indonesia (tambang Adaro Indonesia meliputi 82 persen produksi ADRO pada semester I-2022) akan meningkat secara progresif hingga sekitar 28 persen dari tarif royalti 13,5 persen.