Terdorong Harga Nikel, PAM Mineral Catatkan Laba Rp 26,3 Miliar

PAM Mineral catatkan laba, padahal tahun sebelumnya merugi.

Terdorong Harga Nikel, PAM Mineral Catatkan Laba Rp 26,3 Miliar
Shutterstock/AlexLMX
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan peningkatan kinerja operasional pada semester I-2021. Berdasarkan laporan keuangan, emiten tambang ini mencatatkan laba sebesar Rp26,3 miliar. Adapun capaian itu naik signifikan jika dibandingkan dengan laba bersih di semester I-2020 yang masih alami kerugian sebesar Rp1,8 miliar.

“Selama semester I tahun ini, penjualan bijih nikel perseroan mengalami peningkatan yang signifikan dengan ditunjang oleh peningkatan harga komoditas nikel sepanjang semester I 2021,” kata Corporate Secretary PAM Mineral, Suhartono dalam keterangan tertulis, Selasa (25/8).

1. Penjualan tahun 2020 hampir tercapai

Berdasarkan laporan keuangan in house Juni 2021, Perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp148 miliar, sedangkan pendapatan pada sepanjang tahun 2020 sebesar Rp188 miliar. Jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2020, pada semester I tahun ini, Perseroan telah mencapai 79% dari penjualan tahun lalu.

 “Kami sangat optimis penjualan tahun 2021 ini akan jauh diatas penjualan yang telah dicapai Perseroan tahun lalu,” ucapnya.

Di sisi lain posisi keuangan NICL masih sangat solid, dimana pada sisi ekuitas, Perseroan mengalami kenaikan yang signifikan, dari sebelumnya sebesar Rp106,7 miliar naik menjadi Rp133,1 miliar atau naik sebesar 25% (year to date/ ytd). Hal ini disebabkan adanya lonjakan laba yang signifikan di semester I 2021.

2. Hutang perseroan turun

Total aset Perseroan sebesar Rp177 miliar per Juni 2021 relatif lebih rendah dari total aset pada Desember 2020 yaitu sebesar Rp189,7 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7% (ytd).  Namun di sisi lain penurunan aset tersebut dibarengi dengan penurunan hutang Perseroan dari Rp82,9 miliar pada Desember 2020 menjadi sebesar Rp43,9 miliar per Juni 2021 atau turun sebesar 47% (ytd).

 “Dari sisi neraca, struktur permodalan Perseroan sangat solid dan didukung oleh pertumbuhan laba yang tinggi, Perseroan yakin dapat terus bertumbuh di masa yang akan datang," kata Suhartono.

3. Proyeksi masa depan industri nikel

Propek industri nikel dalam beberapa tahun ke depan masih sangat menarik karena kebutuhan bijih nikel dunia akan terus mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya industri baterai untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik di seluruh dunia.  Di sisi lain, Indonesia sebagai salah satu produsen bijih nikel tentunya sangat diuntungkan dalam bisnis ini. Oleh karena itu, Manajemen NICL juga sangat optimis untuk mencapai target pertumbuhan penjualan di 2021.

Related Topics

NikelNICL

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina