Beberapa Saham mencatatkan performa luar biasa selama Januari 2025, dengan beberapa di antaranya mengalami lonjakan harga hingga ratusan persen.
Diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebesar 84,64 poin, atau 1,2% ke level 7.158,1 pada penutupan sesi I, Jumat (31/1). Berikut daftar saham Top Gainer selama Januari 2025.
1. Saham PACK
Pertama, saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) berada diposisi puncak sebagai top gainer pada Januari 2025. Emiten yang bergerak di industri kemasan plastik ini mengalami lonjakan harga sebesar 205,6%, mencapai Rp1.880 per lembar saham dalam sebulan.
Harga saham emiten PACK sempat berada di level tertinggi sebesar Rp1.888 pada Jumat (17/1) dan terendah di level Rp25 pada Senin (12/8/2024) dengan rata-rata harga saham Rp124,06 berdasarkan data historisnya sejak IPO.
Dilihat dari pertumbuhan harga sahamnya, PACK mengalami lonjakan harga yang signifikan. Harga saham emiten PACK yang melambung tinggi diketahui karena adanya aksi korporasi yang dilakukan perusahaan.
Adapun, saham PACK mengalami lonjakan harga diketahui setelah diakuisisi oleh PT Eco Energi Perkasa (EEP). Berdasarkan laporan tertulis BEI atas pembelian atau penjualan saham perusahaan yang nilainya material, EEP berhasil mengakuisisi 49 persen saham PACK pada 24 Oktober 2024.
Hal tersebut juga berdampak pada perubahan pengendalian atas perseroan.
2. Saham WIFI
Kedua, saham emiten PT Solusi Energi Digital Tbk (WIFI) juga menjadi top gainer pada Januari 2025. WIFI mencatat kenaikan hingga 198% di awal tahun hingga ke level Rp1.225 per saham.
Saham ini juga mencatatkan auto reject atas (ARA) semenjak pengumuman perseroan tentang sejumlah nama pemegang saham utama WIFI terbaru, termasuk Hashim S Djojohadikusumo, adik Prabowo Subianto; Awrin Rasyid; dan Fadel Muhammad.
Transaksi itu merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman perseroan dengan perusahaan Hashim melalui PT Arsari Sentra Data pada Desember 2024. Arsari Sentra Data saat itu mengumumkan akan mengambil alih 45 persen saham perusahaan induk WIFI, yakni PT Investasi Sukses Bersama (ISB), dari pengendali sebelumnya, Tinawati.
Adapun, porsi kepemilikan Tinawati di WIFI tersisa 24,80% secara tidak langsung melalui kepemilikan 99,99% PT Sinergi Investasi Digital (SID), dari sebelumnya sebesar 47,35% secara tidak langsung melalui kepemilikan 45% PT ISB dan kepemilikan 99,99% PT SID.
3. Saham CMNP
Ketiga, saham PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), yang merupakan perusahaan pengelola jalan tol dan terafiliasi dengan Jusuf Hamka, juga mencatatkan kinerja gemilang di bulan Januari ini.
Tercatat, CMNP naik 177,6% sepanjang bulan ini hingga ke level Rp3.970. Saham ini juga sempat disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (21/1) karena adanya lonjakan saham yang signifikan.
Saham CMNP sempat diramaikan dengan rumor mengenai rencana masuknya Salim Grup ke dalam manajemen perusahaan dan menjadi pemegang saham utama.
4. Saham FIMP
Keempat, emiten PT Fimperkasa Utama Tbk (FIMP) juga tercatat mengalami kenaikan signifikan selama Januari 2025. FIMP melaju di level Rp124 dan mencatatkan 158%.
Saham ini juga tercatat masuk radar bursa akibat kenaikan harga saham yang tidak biasa (Unusual Market Activity/UMA).
BEI menilai bahwa suspensi ini bertujuan memberikan waktu yang cukup bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan dengan seksama informasi yang tersedia sebelum membuat keputusan investasi di saham FIMP.
5. Saham DOOH
Kelima, saham PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH) telah naik hingga 150% sepanjang Januari 2025 ke level Rp145 per saham.
Diketahui, DOOH disuspensi BEI pada Jumat (31/1), mulai sesi I perdagangan hari ini.
BEI mengumumkan bahwa suspensi saham DOOH dilakukan terkait dengan lonjakan harga kumulatif yang signifikan pada saham tersebut. Penghentian sementara perdagangan saham DOOH berlaku di Pasar Reguler dan Pasar Tunai.
Langkah ini bertujuan untuk memberikan waktu yang cukup bagi pelaku pasar agar dapat mempertimbangkan dengan hati-hati informasi yang ada sebelum membuat keputusan investasi di saham DOOH.
Disclaimer: Fortune Indonesia tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang terjadi. Sebelum membeli atau menjual saham, lakukan penelitian yang lebih mendalam, dan setiap keputusan sepenuhnya berada di tangan investor.