Berdasarkan pendapat banyak ahli dan individu berpengalaman dalam Investasi Saham, waktu terbaik untuk membeli saham adalah pada bulan Mei, Agustus, November, dan Februari.
Hal ini disebabkan karena pada bulan-bulan tersebut, perusahaan biasanya telah mengeluarkan laporan keuangan, yang dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan investasi.
Di samping itu, ada beberapa tips lain yang dapat membantu dalam menentukan waktu yang tepat untuk membeli saham.
Membeli Saham Setiap Kuartal
Pertimbangkan untuk membeli saham setiap kuartal, yaitu empat kali dalam setahun. Pada waktu-waktu tertentu, Anda dapat mulai membeli saham yang terlihat terjangkau dengan fundamental yang solid. Bulan Mei, Agustus, November, dan Februari adalah waktu yang baik untuk melakukan pembelian saham.
Menganalisis Fundamental Perusahaan
Setelah Anda memutuskan untuk membeli saham suatu perusahaan, penting untuk melakukan analisis fundamental yang sederhana. Anda bisa mendapatkan informasi ini dengan membaca berita terkait kondisi perusahaan yang diincar.
Selain itu, pelajari rencana bisnis perusahaan, seperti rencana ekspansi, akuisisi, atau kemungkinan penurunan usaha. Jangan lupa untuk mengevaluasi kinerja perusahaan sebelum membeli saham, terutama jika perusahaan tersebut sudah lama diperhatikan.
Melihat Prospek
Selain melakukan analisis fundamental, Anda juga bisa melakukan analisis teknikal sederhana terhadap saham yang kamu pilih. Tujuan analisis teknikal adalah untuk memastikan bahwa harga beli dan harga jual saham yang kamu pertimbangkan berada dalam kisaran yang baik.
Amati pergerakan harga saham melalui grafik, yang dapat membantumu dalam mengambil keputusan beli saat harga saham perusahaan yang Anda incar berada dalam kondisi murah. Pastikan juga bahwa saham tersebut memiliki prospek yang cerah di masa depan, sehingga kamu membeli pada waktu yang tepat.
Setelah memahami waktu yang tepat membeli saham, maka perlu juga mengetahui waktu yang tepat untuk menjual saham.
Ketika Saham yang Dimiliki Sudah Mencapai atau Melebihi Nilai Intrinsik
Untuk menganalisis nilai intrinsik, Anda perlu menelaah laporan keuangan perusahaan, termasuk laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas, serta melakukan analisis prospek industri dan analisis kualitatif lainnya.
Selain itu, Anda juga dapat menganalisis rasio keuangan perusahaan seperti pertumbuhan pendapatan dan laba, Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE), Price Book Value (PBV), dan Debt to Equity Ratio (DER).
Jika seiring berjalannya waktu harga saham yang telah dibeli meningkat hingga mencapai atau bahkan melewati nilai intrinsik yang telah dihitung, maka ini bisa menjadi pertimbangan bahwa saatnya untuk menjual saham tersebut.
Kinerja Perusahaan Menurun
Dalam analisis saham menggunakan pendekatan fundamental, penting untuk tidak hanya menganalisis sebelum membeli, tetapi juga mengikuti perkembangan terbaru perusahaan dengan terus memantau laporan keuangan yang terbaru. Terkadang, saham yang telah Anda beli bisa mengalami penurunan kinerja setelah kita menelaah laporan keuangan terbaru.
Penurunan kinerja ini bisa berupa berkurangnya keuntungan, penurunan pertumbuhan, atau bahkan kerugian. Jika penurunan kinerja perusahaan cukup signifikan, hasil analisis fundamental sebelumnya mungkin menunjukkan gambaran yang sangat berbeda.
Jika situasi ini terjadi, kamu bisa mempertimbangkan untuk menjual saham tersebut.
Melihat Pola Candlestick
Dalam menganalisis saham menggunakan analisis teknikal, pola candlestick dapat menjadi alat yang berguna untuk menentukan waktu yang tepat untuk menjual saham. Secara umum, pola candlestick dibagi menjadi dua kategori: bullish dan bearish.
Pola candlestick bullish menunjukkan bahwa saham kemungkinan akan naik. Sebaliknya, pola candlestick bearish menandakan bahwa saham mungkin akan turun. Oleh karena itu, momentum yang tepat untuk menjual saham adalah ketika muncul pola candlestick bearish.
Era Suku Bunga Naik
Secara historis, kenaikan suku bunga sering kali menyebabkan penurunan harga saham. Hal ini terjadi karena imbal hasil dari instrumen seperti reksa dana pasar uang, deposito, obligasi negara, atau obligasi korporasi menjadi lebih menarik.
Perusahaan dengan utang floating rate yang besar dapat menghadapi beban keuangan yang meningkat, yang pada gilirannya dapat menurunkan laba.
Dalam kondisi di mana suku bunga terus naik, baik lembaga maupun individu yang berinvestasi di pasar saham cenderung menarik dana mereka dari pasar saham atau menjual saham yang dimiliki.