Dirut PT Timah Jelaskan Penyebab Perusahaan Rugi Rp450 Miliar di 2023

Penjualan TINS meerosot akibat penurunan produksi dan harga.

Dirut PT Timah Jelaskan Penyebab Perusahaan Rugi Rp450 Miliar di 2023
ilustrasi : timah batangan yang siap untuk dipasarkan (Shutterstock)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Penyebab rugi PT Timah Tbk sebesar Rp450 miliar adalah karena penurunan harga timah akibat oversupply di pasar dunia, disebabkan oleh peningkatan suplai dari Malaysia dan penurunan volume produksi perusahaan.
  • Pendapatan perusahaan dari sektor timah anjlok sekitar 33 persen, dengan produksi bijih timah TINS merosot 26 persen dan penjualan logam timah anjlok 30,86 persen. Harga jual rerata logam timah juga turun 18,40 persen.
  • Kinerja keuangan dari sisi EBITDA juga menunjukkan penurunan yang lebih signifikan, dengan EBITDA PT Timah menurun sebesar 71 persen pada 2023 menjadi Rp684 miliar. Nilai as

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Timah Tbk (TINS) Ahmad Dani Virsal membeberkan penyebab perusahaannya rugi sebesar Rp450 miliar sepanjang 2023, berbalik dari laba sebesar Rp1,04 triliun yang dibukukan di tahun sebelumnya.

Menurutnya, kerugian tersebut dipicu menurunnya harga timah akibat oversupply atau kelebihan pasokan di pasar dunia—salah satunya akibat peningkatan suplai dari Malaysia. Di sisi lain, volume produksi perusahaan sepanjang tahun lalu juga mengalami penurunan.

Akibatnya, pendapatan perusahaan dari sektor timah anjlok sekitar 33 persen. “(volume) produksi menurun, ditambah parah lagi harga jual timah juga menurun, sehingga pendapatan itu jomplang, jauh sekali. Harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply,” ujar Ahmad dalam rapat di VI DPR RI, Selasa (2/4) lalu.

Sebagai informasi, produksi bijih timah TINS sepanjang tahun lalu merosot 26 persen dari 20.079 ton menjadi 14.855 ton (74 persen dari rencana kerja/RKAP), sementara produksi logam timah turun 22,62 persen dari 19.825 metrik ton menjadi 15.340 metrik ton (77 persen dari RKAP).

Sementara itu, penjualan logam timah anjlok 30,86 persen dari 20.805 metrik ton menjadi 14.385 metrik ton (69 persen dari RKAP). Adapun harga jual rerata logam timah sepanjang 2023 tercatat sebesar US$26.583 per metrik ton atau turun 18,40 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$31.474 per metrik ton.

Sampai dengan akhir tahun 2023, penjualan TINS masih didominasi pasar ekspor dengan komposisi mencapai 92 persen. Tercatat, ada enam negara negara yang menjadi tujuan ekspor PT Timah,bmeliputi Jepang 17 persen; Korea Selatan 13 persen Belanda 11 persen; India 9 persen; Taiwan 9 persen dan Amerika Serikat 8 persen.

EBITDA turun signifikan

Meski demikian, menurut Dani, kinerja keuangan dari sisi EBITDA (earning before interest, taxes, depreciation, and amortization) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, juga menunjukkan penurunan yang lebih signifikan.

Pada 2022, Dani memaparkan bahwa EBITDA PT Timah sebesar Rp2,371 triliun, dan menurun sebesar 71 persen pada 2023 menjadi Rp684 miliar. “Beban peak-nya tetap, peak cost-nya tetap, tetapi pendapatan kita jauh menurun, karena produksinya juga menurun,” ucap dia.

Lebih lanjut, Dani memaparkan bahwa dari segi nilai aset dan ekuitas juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada 2023, aset PT Timah senilai Rp12,85 triliun, turun sebesar 1,6 persen apabila dibandingkan aset pada 2022, yakni senilai Rp13,067 triliun.

Sedangkan, untuk ekuitas, dari yang sebelumnya sebesar Rp7,042 triliun pada 2022, menjadi Rp6,242 triliun pada 2023.

“Sementara, interest bearing debt (utang yang menghasilkan bunga) sekitar Rp3,5 triliun, naik (26 persen). Karena ini mengalami kesulitan cash flow, jadi kami memperbesar pinjaman,” tandasnya.

Related Topics

PT Timah TbkTINS

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya