Jakarta, FORTUNE - PT Indocement Tunggal PrakarsaTbk (INTP) mengemas laba bersih Rp1,95 triliun sepanjang 2023.
Capaian tersebut naik 5,97 persen dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,84 triliun.
Adapun laba per saham dasar naik menjadi Rp568,41 dari sebelumnya Rp529,44.
Laporan keuangan perusahaan menunjukkan laba tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bersih 9,92 persen dari Rp16,32 triliun menjadi Rp17,94 triliun.
Pendapatan tersebut ditopang oleh penjualan semen kepada pihak ketiga, yang menyumbang Rp 16,19 triliun atau setara 90,24 persen dari total pendapatan neto INTP 2023.
Segmen ini juga mengalami pertumbuhan 9,91 persen secara tahunan.
Kemudian penjualan beton siap pakai mencapai nilai Rp 1,36 triliun, disusul penjualan agregat Rp 75,87 miliar, serta penjualan semen pihak berelasi senilai Rp 309,60 miliar.
Meski demikian, beban pokok pendapatan ikut terkerek dari Rp11,18 triliun menjadi Rp12,10 triliun.
Laba kotor perusahaan menjadi Rp5,84 triliun, atau naik 13 persen dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,14 triliun.
Beban usaha perseroan meningkat menjadi Rp3,62 triliun dari Rp3,33 triliun pada 2022. Adapun penghasilan lain bersih tercatat Rp61,52 miliar, turun dari Rp417,62 miliar; pendapatan keuangan naik menjadi Rp181,56 miliar, dari Rp104,41 miliar; dan biaya keuangan naik menjadi Rp60,50 miliar dari Rp42,91 miliar.
Selanjutnya, bagian atas laba bersih entitas asosiasi mencapai Rp31,35 miliar, atau lebih tinggi dari Rp22,84 miliar pada 2022.
Di sisi lain, beban pajak final meningkat menjadi Rp38,12 miliar dari Rp21,51 miliar pada tahun sebelumnya.
Laba sebelum beban pajak penghasilan mencapai Rp2,39 triliun, naik dari 2022 yang sebesar Rp2,28 triliun.
Lalu, beban pajak penghasilan mengalami penurunan menjadi Rp446,08 miliar, dari Rp446,87 miliar. Dengan demikian, laba tahun berjalan Rp1,95 triliun, naik dari Rp1,84 triliun.
INTP juga mengumpulkan ekuitas senilai Rp20,96 triliun, lebih tinggi dari akhir 2022 yang sebesar Rp19,56 triliun.
Kendati begitu, liabilitas melonjak 41 persen menjadi Rp8,68 triliun dari akhir 2022 yang sebesar Rp6,13 triliun.