Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menargetkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 340 MW dalam dua tahun ke depan.
Dengan tambahan tersebut, total kapasitas pembangkit yang mereka kelola akan mencapai 1 GW, naik dari 672 MW saat ini.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Julfi Hadi, mengatakan tambahan kapasitas tersebut akan berasal dari sejumlah PLTP yang telah beroperasi, tanpa melakukan eksplorasi hingga pengeboran dari awal.
"Ini semua sudah ada di pipeline," ujarnya di Hotel Santika Premiere, BSD, Kamis (13/7).
Julfi mengatakan penambahan kapasitas dilakukan dengan memaksimalkan ekstraksi energi melalui penggunaan teknologi, baik pada pembangkit binary unit maupun low pressure unit.
Distribusi proyek lama yang akan ditambah kapasitasnya tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa.
Secara terperinci, sekitar 110 MW akan berasal dari PLTP Hululais unit 1 dan 2; 60 MW dari PLTP Hululais (binary unit); 55 MW dari PLTP Lumut Balai Unit 2; 40 MW dari PLTP Lumut Balai (binary unit dan low pressure masing-masing 20 MW); 40 MW dari PLTP Ulubelu (binary unit 30 MW dan low pressure 10 MW); serta 35 MW dari PLTP Lahendong (binary unit 20 MW dan low pressure 15 MW).
Namun, Julfi belum dapat memerinci berapa potensi investasi yang dibutuhkan untuk menambah kapasitas terpasang menjadi 1 GW.
Pertamina Geothermal setidaknya membutuhkan investasi US$2,5 juta untuk setiap MW kapasitas tambahan. Dus, dengan asumsi tambahan 340 MW, dibutuhkan investasi sekitar US$850 juta.
Untuk sumber pendanaannya, PGEO tidak hanya akan bersandar pada hasil penawaran umum perdana (IPO).
"Kami mencari pendanaan yang paling efektif," katanya.
Kembangkan WKP
Dalam pengembangan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), Pertamina Geothermal akan bekerja sama dengan PT Kaishan Orka Indonesia dan PT Schlumberger Geophysics Nusantara.
Kerja sama ini dilakukan sebagai langkah strategis optimalisasi teknologi menggunakan binary technology dan steam recovery method.
Selain penambahan kapasitas terpasang, PGEO juga terus menjajaki peluang WKP baru. Salah satunya di Seulawah Provinsi Aceh tempat PGEO akan menandatangani nota kesepakatan (MoU) dengan PT Pembangunan Aceh (PEMA).
Selain itu, PGEO juga bekerja sama dengan Chevron New Energy International untuk South Sumatra Grid Resources Confirmation sebesar 900 MW.
Selain itu, untuk terus mendorong komersialisasi karbon pada produksi listrik bisnis geothermal, PGEO juga akan mengumumkan kerja samanya dengan Pertamina NRE dan Pertamina Patra Niaga.
“Semua kerja sama yang dilakukan di PGE di ajang EBTKE ConEx akan semakin mengukuhkan peran kami sebagai world class green energy company. Hal ini merupakan upaya nyata kami dalam mencapai target kapasitas terpasang yang dikelola oleh PGE (installed capacity, own operations) sebesar 1 Gigawatt (GW) dalam dua tahun ke depan,” ujarnya.