Rupiah Ditutup Tertekan ke Level Rp16.413 per US$ Hari Ini

Pasar masih menunggu data inflasi AS.

Rupiah Ditutup Tertekan ke Level Rp16.413 per US$ Hari Ini
Sejumlah warga mengantre untuk menukarkan uang di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (17/4). NTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Rupiah ditutup melemah ke level Rp16.413 per US$ pada perdagangan Rabu (26/6) sore, turun 38 poin dari penutupan sebelumnya.
  • Pelemahan rupiah disebabkan oleh respons pasar yang masih menunggu data inflasi indeks harga PCE yang akan dirilis Jumat mendatang.
  • Kekhawatiran perang dagang Tiongkok dengan negara Barat turut mempengaruhi pergerakan rupiah, sementara pemerintah Indonesia fokus pada kerja sama antarpihak untuk menjaga ekonomi tetap berkembang.

Jakarta, FORTUNE - Rupiah ditutup tertekan ke level Rp16.413 per US$ pada perdagangan Rabu (26/6) sore. Posisi tersebut melemah 38 poin atau 0,23 pesen dari penutupan sebelumnya pada level Rp16.375 persen.

Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh respons pasar yang masih menunggu data inflasi indeks harga PCE, yang akan dirilis Jumat mendatang. 

"Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini dari data indeks manajer pembelian yang kuat dan pembacaan kepercayaan konsumen memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan memiliki cukup ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujar Ibrahim, Rabu (26/6).

Pasar juga masih mencermati pernyataan beberapa pejabat Fed serta revisi data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama yang akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai perekonomian AS pada minggu ini.

Sementara itu, di Asia, faktor yang turut menekan pergerakan rupiah hari ini adalah sentimen terhadap ketegangan di Tiongkok, di tengah kekhawatiran mengenai potensi perang dagang dengan negara-negara Barat. Terutama setelah Beijing menandai kemungkinan tersebut dalam menghadapi tarif Eropa terhadap impor kendaraan listrik Tiongkok. 

"Kekhawatiran akan perang dagang membuat indeks Tiongkok mengalami penurunan tajam sepanjang bulan Juni, seiring dengan berkurangnya dukungan terhadap langkah-langkah stimulus yang lebih banyak di negara tersebut," jelasnya.

Sementara itu, dari dalam negeri, sentimen yang turut mempengaruhi pergerakan rupiah adalah pernyataan pemerintah bahwa kondisi fundamental dan perekonomian masih dalam kondisi yang baik di tengah fluktuasi kurs rupiah dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu.

Saat ini, menurutnya, tantangan utama pemerintah adalah bagaimana Indonesia bisa waspada dan mengantisipasi agar dampak negatif dari kondisi global tidak masuk ke dalam negeri dan pentingnya kerja sama antarpihak termasuk Bank Indonesia, pemerintah, dan sektor swasta. 

"Kerja sama ini diperlukan guna menjaga optimisme pasar dan memastikan bahwa ekonomi Indonesia tetap bisa bertahan dan berkembang kendati di bawah tekanan global," kata Ibrahim.

Related Topics

Nilai Tukar Rupiah

Magazine

SEE MORE>
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024

Most Popular

Apa Itu BRICS: Sejarah dan Perannya Melawan Dominasi G7
Indonesia Mulai Proses Pengajuan Keanggotaan BRICS
Melawan Putusan Pailit, Sritex Ajukan Kasasi
Prabowo Bakal Hapus Utang 6 Juta Petani & Nelayan, Jadi Beban Bank?
RI Bakal Gabung BRICS, CSIS: Tak Perlu Karena Sudah Ada di G20
SIDO Bagi Dividen Interim Rp18/Saham, Ini Jadwalnya