Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka melemah pada perdagangan Senin (3/6) pagi dengan penurunan tipis 5,00 poin atau 0,03 persen menjadi Rp16.258 per US$.
Pada Jumat (31/5) sore, rupiah ditutup pada Rp16.253 per US$, naik 12,50 poin atau 0,08 persen.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS hari ini menyusul data inflasi AS Core PCE Price Index bulan April—yang biasa menjadi indikator inflasi Amerika Serikat—dan data Consumer Price Index dan Producer Price Index yang lebih rendah dari perkiraan.
Data bulanan (month-to-month/mtm) PCE Price Index dirilis naik 0,2 persen, sedikit lebih rendah dari perkiraan 0,3 persen.
"Data inflasi AS yang dirilis Jumat malam kemarin bisa menjadi pemicu penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini" ujarnya.
Di dalam negeri, data inflasi masih bisa memberikan sentimen positif ke rupiah bila masih berada pada kisaran target inflasi Bank Indonesia seperti yang selama ini terjadi.
"Potensi penguatan rupiah hari ini ke arah Rp16.200–16.180 per US$ dengan potensi resisten Rp16.280 per US$," katanya.
Sementara itu, pergerakan mata uang kawasan Asia masih terpantau bervariasi.
Yen Jepang naik 0,16 persen, baht Thailand naik 0,12 persen, peso Filipina naik 0,11 persen, dolar Singapura naik 0,08 persen, dan dolar Taiwan naik 0,34 persen.
Kemudian dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, rupe India melemah 0,18 persen, ringgit Malaysia turun 0,04 persen, won Korea melemah 0,65 persen, dan yuan Cina turun 0,06 persen.
Adapun mata uang di negara maju terpantau bergerak variatif, dengan euro melemah 0,06 persen dan poundsterling turun 0,05 persen, sementara dolar Kanada naik 0,07 persen dan franc Swiss naik 0,17 persen.