Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka tertekan pada perdagangan Selasa (16/7) pagi dengan melemah 37,50 poin atau 0,23 persen ke Rp16.208 per US$.
Pada Senin (15/7) sore, rupiah ditutup bertenaga dengan penguatan 33,50 poin atau 0,21 persen ke level Rp16.170 per US$.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah berpeluang menguat ke area Rp16.120-16.100 per US$, dengan potensi resisten pada kisaran Rp16.200 per US$ hari ini.
Pasalnya, perhatian pelaku pasar bisa kembali ke proyeksi pemangkasan suku bunga AS tahun ini. Semalam, Gubernur Fed, Jerome Powell, dalam pidatonya kembali mengatakan bahwa bank sentral tidak akan menunggu inflasi AS untuk turun ke dua persen untuk memangkas suku bunga acuannya.
Pasar mempersepsikan Fed bakal memangkas suku bunganya tahun ini, dan bisa mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah.
Apalagi data indeks manufaktur di wilayah New York AS Juli menunjukkan kontraksi atau pelambatan yang lebih dalam dari bulan sebelumnya.
"Dari dalam negeri, hasil trade balance bulan Juni yang masih surplus bisa membantu meningkatkan keyakinan pasar terhadap rupiah," kata Ariston.
Sementara itu, mayoritas mata uang kawasan Asia juga terpantau bergerak melemah pada perdagangan pagi hari ini. Hanya dolar Hong Kong dan peso Filipina yang naik masing-masing 0,01 persen.
Sebaliknya, yen Jepang terpantau turun 0,30 persen, dolar Singapura turun 0,01 persen, dolar Taiwan turun 0,14 persen, won Korea melemah 0,18 persen, rupe India melemah 0,08 persen, yuan Cina turun 0,10 persen, ringgit Malaysia turun 0,13 persen, dan baht Thailand melemah 0,11 persen.
Sejumlah mata uang di negara maju pun terpantau bergerak variatif, dengan euro menguat 0,01 persen dan poundsterling naik 0,02 persen, sementara dolar Kanada naik 0,02 persen dan franc Swiss turun 0,01 persen.