Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka menguat pada pembukaan perdagangan Kamis (2/5) pagi.
Mata uang domestik tersebut terapresiasi 14 poin atau 0,09 persen ke Rp16.245 per US$.
Pada Selasa (30/4) sore, rupiah ditutup Rp16.259 per US$, turun 4 poin atau 0,02 persen.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah berpeluang mengalami penguatan ke arah Rp16,200 per US$, dengan potensi resisten pada Rp16.280-16.300 per US$.
Sejumlah sentimen yang mewarnai pergerakan rupiah antara lain pertimbangan pelaku pasar yang masih mencerna pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, dini hari tadi.
"Ada dua poin yang bisa kita ambil dari pernyataan Powell, yaitu the Fed tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan AS tahun ini, dan the Fed menunda pemangkasan karena belum yakin inflasi AS akan turun ke 2 persen saat ini," ujarnya kepada Fortune Indonesia.
Di satu sisi pernyataan soal tidak ada kenaikan memberikan kelegaan ke pasar dan bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko, tapi di sisi lain indikasi penundaan pemangkasan suku bunga memberikan kekhawatiran di pasar bahwa Fed bisa tidak melakukannya tahun ini.
Di samping itu, data-data ekonomi AS yang dirilis Rabu (1/5) malam juga memberikan hasil yang beragam. Terdapat data yang lebih bagus dari proyeksi, seperti data ADP Non Farm Payrolls, dan ada pula yang di bawah prediksi seperti data PMI manufaktur versi ISM.
"Hasil the Fed ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dollar AS tapi penguatan mungkin tidak banyak," katanya.
Adapun dari dalam negeri, data inflasi April mungkin bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih pada kisaran 3,0 persen.
Mayoritas mata uang kawasan Asia juga bergerak menguat pada perdagangan pagi ini.
Dolar Hongkong menguat 0,03 persen, dolar Singapura naik 0,01 persen, dolar Taiwan naik 0,04 persen, won Korea naik 0,58 persen, peso Filipina naik 0,34 persen, rupe India menguat 0,05 persen, dan baht Thailand naik 0,14 persen.
Sebaliknya yuan China turun 0,17 persen, yen Jepang melemah 0,14 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,04 persen.
Mata uang di negara maju bergerak variatif dengan euro melemah 0,07 persen, poundsterling turun 0,07 persen, dolar Kanada naik 0,14 persen, dan franc Swiss turun 0,09 persen.