Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka menguat pada perdagangan Selasa (4/6) pagi dengan kenaikan 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.218 per US$.
Pada Rabu (10/7) sore, rupiah ditutup bertenaga dengan penguatan 10,50 poin atau 0,06 persen ke level Rp16.241 per US$.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah berpeluang meneruskan penguatannya hari ini terhadap dolar AS. Pasalnya, pidato Gubernur Fed, Jerome Powell, dalam pernyataanya di hadapan komite jasa keuangan parlemen AS menyebutkan bahwa Fed tidak akan menunggu inflasi 2 persen untuk memangkas suku bunga acuannya.
Pelaku pasar juga melihat indikasi pemangkasan suku bunga dari pernyataan Powell semalam bahwa risiko dari ekonomi bukan hanya inflasi, tapi tingkat pengangguran yang masih berada pada level rendah dan terus meninggi.
"Jadi the Fed bisa memangkas bunga bila tingkat pengangguran semakin memburuk," ujarnya.
Indikator lain penguatan rupiah hari ini adalah menghijaunya indeks saham Asia, yang berarti menyiratkan sentimen pasar terhadap aset berisiko yang cukup positif. Hal ini, menurut Ariston, bisa membantu penguatan rupiah yang juga adalah aset berisiko.
"Potensi penguatan rupiah ke kisaran Rp16.180-16.200 per US$, dengan potensi resisten di kisaran Rp16.280 per US$, hari ini," katanya.
Sementara itu, pergerakan mata uang kawasan Asia terpantau kompak menguat pada perdagangan pagi hari ini. Hanya rupe India yang mengalami pelemahan 0,04 persen. Sebaliknya, yen Jepang naik 0,06 persen, dolar Hong Kong menguat 0,02 persen, dolar Singapura naik 0,10 persen, dan dolar Taiwan naik 0,10 persen.
Kemudian, won Korea menguat 0,35 persen, peso Filipina naik 0,09 persen, yuan Cina naik 0,08 persen, ringgit Malaysia naik 0,29 persen, dan baht Thailand naik 0,36 persen.
Adapun mata uang di negara maju terpantau bergerak variatif, dengan euro melemah 0,09 persen dan poundsterling turun 0,10 persen, sementara dolar Kanada naik 0,02 persen dan franc Swiss menguat 0,09 persen.