Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka menguat pada perdagangan Jumat (12/7) pagi dengan kenaikan 44 poin atau 0,27 persen ke Rp16.152 per US$.
Pada Kamis (11/7) sore, rupiah ditutup bertenaga dengan penguatan 46 poin atau 0,28 persen ke level Rp16.195 per US$.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah berpeluang meneruskan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data inflasi konsumen AS bulan Juni dirilis lebih rendah dari ekspektasi pasar.
Bahkan, data month-to-month (mtm) atau inflasi bulanannya menunjukkan deflasi -0,1 persen.
Inflasi yang lebih rendah ini membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan AS tahun ini sehingga dolar AS melemah terhadap nilai tukar lainnya. Di samping itu, indeks dolar AS juga terpantau berada pada kisaran 104.50 pagi ini, atau lebih rendah dari 104.90 pada hari sebelumnya.
"Potensi penguatan rupiah ke arah Rp16.150 per US$ sampai Rp16.120 per US$ dengan potensi resisten di area Rp16/230 per US$," kata Ariston saat dihubungi Fortune Indonesia.
Sementara itu, mayoritas mata uang kawasan Asia bergerak melemah pada perdagangan pagi hari ini.
Hanya ringgit Malaysia dan dolar Hong Kong yang terlihat menguat masing-masing 0,35 persen dan 0,01 persen.
Sebaliknya, yen Jepang turun 0,27 persen, dolar Singapura turun 0,11 persen, dolar Taiwan turun 0,06 persen, won Korea melemah 0,38 persen, peso Filipina turun 0,07 persen, rupe India melemah 0,04 persen, yuan Cina turun 0,09 persen, dan baht Thailand turun 0,16 persen.
Mata uang di negara maju bergerak variatif dengan euro menguat 0,02 persen dan poundsterling naik 0,07 persen, sementara dolar Kanada turun 0,03 persen dan franc Swiss turun 0,04 persen.