Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (29/5) pagi turun 42,50 poin atau 0,26 persen ke Rp16.133 per US$.
Pada Selasa (28/5) sore, rupiah ditutup pada level Rp16.090 per US$ dengan besaran 18,50 poin atau 0,12 persen.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah masih akan melemah terhadap dolar AS karena pasar masih menantikan data inflasi AS yang akan dirilis pada Jumat ini.
Di samping itu, hasil notulen rapat kebijakan moneter AS yang kembali memperlihatkan peluang kenaikan suku bunga AS bila inflasi AS tidak kunjung turun, turut mendorong laju penguatan dolar.
"Selain itu data ekonomi AS semalam yaitu data indeks harga rumah AS dan tingkat keyakinan konsumen AS menunjukkan kenaikan yang berpeluang memicu kenaikan inflasi AS lagi sehingga mendorong penguatan dolar AS juga," ujarnya kepada Fortune Indonesia.
Menurut Ariston, rupiah berpotensi melemah ke arah Rp16.130 per US$ dengan potensi support Rp16.050 per US$.
Pergerakan mayoritas mata uang kawasan Asia juga melemah pada perdagangan pagi ini.
Yen Jepang turun 0,05 persen, dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, dolar Singapura turun 0,07 persen, dolar Taiwan turun 0,02 persen, dan won Korea melemah 0,45 persen.
Kemudian, peso Filipina turun 0,36 persen, rupe India melemah 0,05 persen, yuan Cina turun 0,05 persen, ringgit Malaysia turun 0,18 persen, dan Baht Thailand turun 0,16 persen.
Mata uang di negara maju terpantau bergerak variatif, dengan euro menguat 0,05 persen, poundsterling naik 0,05 persen, dolar Kanada turun 0,14 persen, dan franc Swiss naik 0,01 persen.