Jakarta, FORTUNE - Saham Netflix terpukul usai perusahaan mengungkapkan penurunan jumlah pelanggan pertamanya dalam satu dekade terakhir, Selasa (19/4). Pada kuartal pertama 2022 saja, menurut data perusahaan, platform video streaming itu sudah kehilangan 200 ribu lebih pelanggan. Sedangkan hingga akhir kuartal kedua tahun ini, manajemen memperkirakan jumlah pelanggan berbayar Netflix bakal berkurang 2 juta lagi pada akhir kuartal kedua.
Wall Street dengan cepat meninggalkan kapal yang tampaknya tenggelam itu. Sebelum data diumumkan, 61 persen analis memiliki peringkat beli pada saham Netflix, tetapi hingga kemarin pagi, hanya 37 persen yang mempertahankan pandangan bullish mereka.
Analis Bank of America, yang dipimpin oleh Nat Schindler, memangkas target harga saham mereka dari US$605 menjadi hanya US$300, mengutip "prospek pertumbuhan yang diredam."
Terbukti pada Kamis (21/5) harga saham Netflix tersungkur ke level 35 persen. Hal ini menyebabkan kapitalisasi pasar perusahaan turun hingga US$50 miliar atau setara Rp715 triliun (kurs Rp14.300/US$).
Mengutip Fortune.com, kini analis hanya memberikan peringkat saham berkinerja buruk untuk Netflix dan berpendapat bahwa langkah perusahaan untuk menawarkan versi konten yang didukung iklan dengan harga lebih rendah dan membatasi model password sharing tak akan membantu meningkatkan pendapatan hingga 2024.
“Meskipun rencana mereka untuk mempercepat pertumbuhan (membatasi berbagi kata sandi dan model iklan) memiliki manfaat, menurut pengakuan mereka sendiri, mereka tidak akan memiliki dampak yang nyata hingga '24, waktu yang lama untuk menunggu apa yang sekarang menjadi cerita 'tunjukkan kepada saya'. ,” tulis para analis.
Pesaing bermunculan
Setelah bertahun-tahun mendominasi industri, Netflix juga menghadapi persaingan yang meningkat di pasar streaming dari raksasa media termasuk Disney, Amazon, Paramount, dan Warner Bros. Namun ramainya pemain telah menyebabkan banyak bank investasi terkemuka mempertanyakan lintasan pertumbuhan perusahaan.
UBS memangkas target harga untuk raksasa streaming pada dari US$575 menjadi US$355, dengan alasan akan berjuang untuk memulai kembali pertumbuhan pelanggan di pasar streaming yang kompetitif.
“Kami percaya meningkatnya persaingan, hambatan makro, dan kejenuhan pasar akan terus membebani pertumbuhan pelanggan dan melangkah ke sela-sela,” tulis analis yang dipimpin oleh John C. Hodulik.
Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management, menambahkan bahwa bank sekarang melihat "perusahaan teknologi berorientasi konsumen" menghadapi lebih banyak tantangan dalam beberapa bulan mendatang.
Meningkatnya jumlah pesaing streaming juga menyebabkan peningkatan sensitivitas harga di pasar, sebut Ipek Ozkardeskaya, analis senior di bank online Swiss Swissquote, ."Orang-orang bertanya 'Apakah ini layak?'" tuturnya. “Ketika harga naik, ambang batas nilai ditarik lebih tinggi, dan itu mendorong orang untuk keluar.”