Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada Februari 2023 surplus Rp131,8 triliun atau 0,63 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Surplus tersebut berasal dari realisasi pendapatan negara Rp419,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan belanja negara yang realisasinya mencapai Rp287,8 triliun.
Menurut Sri Mulyani, kondisi tersebut menggambarkan kondisi APBN yang cukup solid untuk menjaga momentum pemulihan dan transformasi ekonomi.
"APBN masih surplus secara total dengan keseimbangan primer yang juga surplus sebesar Rp182,2 triliun," ungkapnya dalam konferensi pers APBN KiTa, Selasa (14/3).
Secara terperinci, pendapatan negara tumbuh 38,7 persen ketimbang periode sama tahun lalu (yoy) yang sebesar Rp156,7 triliun atau mencapai 17 persen dari alokasi Rp2.463 triliun.
Realisasi tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan yang tumbuh 30,1 persen (yoy) menjadi Rp333,2 triliun serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp86,4 triliun atau melonjak 86,6 persen (yoy).
Tingginya pertumbuhan penerimaan perpajakan berasal dari realisasi penerimaan pajak yang melonjak 40,4 persen (yoy) menjadi Rp280 triliun. Namun penerimaan kepabeanan dan cukai menurun 6,1 persen (yoy) menjadi Rp53,3 triliun.
Belanja negara tumbuh tipis
Sementara itu, realisasi belanja negara berhasil tumbuh 1,8 persen (yoy) dari Rp127,2 triliun menjadi Rp287,8 triliun atau setara dengan 9,4 persen pagu anggaran yang senilai Rp3.061,2 triliun.
Belanja negara meliputi belanja pemerintah pusat yang tumbuh 6 persen (yoy) menjadi Rp182,6 triliun serta transfer ke daerah Rp105,2 triliun atau terkontraksi 4,8 persen (yoy).
Adapun belanja pemerintah pusat, terdiri dari realisasi belanja kementerian/lembaga (k/l) sebesar Rp76,4 triliun atau turun 2,8 persen (yoy) serta belanja non k/l Rp106,2 triliun atau meningkat 13,4 persen (yoy).
Dengan demikian, terdapat realisasi pembiayaan anggaran Rp182,2 triliun atau 30,5 persen dari target Rp598,2 triliun.
"Pembiayaan anggaran ini untuk menyikapi kondisi dari dunia dan tren kenaikan suku bunga yang harus kami antisipasi," jelasnya.